Mohon tunggu...
Ekriyani
Ekriyani Mohon Tunggu... Guru - Guru

Pembelajar di universitas kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Surat untuk Matahari

11 Maret 2019   20:17 Diperbarui: 11 Maret 2019   20:28 123
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebuah surat bertuliskan bait-bait padu, dalam nuansa selaksa haru. Sekejap arah goresan berubah haluan, hanya tertuju padamu matahari sang penutup kegelapan.

Sekilas riak wajahmu kelam tanpa terik menyengat, namun ganas dalam selaksa paksa. Mudah kuasamu hentak lidah minta diberi, parau suaramu minta hasrat segera dipenuhi .

Sinar kuasamu paksa sekehendak hati, datang merongrong bagai tirani. Hatimu membatu lenyap lembut nurani. Sengatan kuasamu menusuk ke seluruh sendi.

Andai kau ada di posisi kami, kelak kau tahu pentingnya mawas diri. Tak mudah menjaga hati, meski datang sengatan kuasamu harus kami hadapi, demi tetap menjaga jati diri.

Hati kami senantiasa berpelangi, tak mudah untuk disakiti. Biar kuasamu penyengat hati, namun kami tetap bekerja sepanjang hari. Walau di rentang waktu sesak dihadapi, hingga sinarmu redup di sini. Kami hanya bisa berserah diri, biarlah semua Tuhan perhitungkan lagi.

(Sungai Limas, 11 Maret 2019)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun