Oleh : Ekriyani
Segumpal awan hitam berarak pelan
Perlahan turun rintik menjarum
Rintik hujan seolah bermelodi
Menetes lembut perciki kaca jendela
Matanya memandang lekat ke ujung jalan
Mengintip sayu lewat kaca buram
Hempasan tetesan hujan tak jua bangunkan kesadarannya
Ujung jalan tampak kian temaram
Seorang lelaki terseok di ujung jalan
Basah kuyup bermandi hujan
Bergetar di ujung bibirnya
Memanggil sebuah nama, tapi tertelan hujan menderas
Seketika matanya tertegun pada sosok lelaki
Sedari tadi hanya terlukis bayangan semu
Lewat kaca buram di senja temaram
Hingga mengusik kembali binar matanya
Ayah? Dikaukah ayahku?
Sosok yang hanya terdiam di dalam bingkai?
Rambut memutih cermin suka dan sedih
Raut rupa kian meringkih
Segera menghabur badannya dalam pelukan sang lelaki
(Sungai Limas, 13 Februari 2019)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H