Seperti kita ketahui bersama, bahwa setiap perbuatan itu harus berlandaskan pada sebuah niat , yaitu niat yang tulus ikhlas untuk belajar dalam menambah ilmu pengetahuan. Belajar hendaknya sepanjang hayat, sebagaimana dalam sebuah hadits Rasulullah Saw yang menyatakan bahwa menuntut ilmu dari buaian hingga ke liang lahat.
Nah, berarti kita semua tak terkecuali seorang guru juga hendaknya menanamkan prinsip seperti ini, yaitu belajar, belajar, dan terus belajar sekalipun sudah menjadi seorang pengajar.
Betapa tidak, jika seorang guru hanya berpikir untuk mengajarkan ilmu pengetahuan saja, niscaya ilmu yang ada pada dirinya akan semakin terkuras dan mungkin akan habis tanpa berkembang. Sedangkan keadaan zaman akan senantiasa tumbuh dan berkembang dari masa ke masa. Maka dari itu pentingnya ditanamkan niat yang teguh untuk selalu menambah ilmu pengetahuan.
2. Keinginan meng-upgrade diri
Betapapun banyak dan hebatnya ilmu yang dimilik oleh seorang guru, namun jika tidak di-upgrade terus menerus niscaya di suatu masa akan menjadi usang dan gersang. Dalam artian ilmu yang dimiliki oleh seorang guru tanpa di-upgrade akan stagnan bahkan akan jauh ketinggalan dari perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
3. Mengubah guru biasa menjadi guru yang tak biasa
Mungkin motivasi yang ketiga ini dianggap berlebihan, namun begitulah apa yang ingin penulis capai. Ada banyak mimpi besar seorang guru yang ingin diwujudnyatakan, namun terkadang tidak tahu bagaimana cara mewujudkan segala mimpi tersebut.
Nah, diantaranya guru yang sudah menyadari apa dan bagaimana keadaan dirinya, yang mungkin selama ini hanya biasa-biasa saja dalam mengajar dengan memanfaatkan fasilitas yang ala kadarnya di kelas, pola mengajar yang itu-itu saja yang sering membuat anak didik menjadi bosan dalam belajar yang mengakibatkan semakin menurunnya tingkat prestasi mereka, maka guru tersebut berupaya bangkit dari keterpurukannya selama ini. Misalkan sang guru berupaya mengikuti berbagai pelatihan baik bersifat offline (tatap muka) ataupun bersifat online (sacara daring), rajin mengikuti berbagai seminar pendidikan, berbagai forum diskusi dan kegiatan lainnya yang bersifat membantu dirinya menuju proses menjadi seorang guru yang tak biasa.
4. Keinginan menghasilkan sebuah karya
Sebagaimana sebuah pepatah mengatakan “Gajah mati meninggalkan gading”. Seandainya seorang guru nantinya sudah tak ada lagi di dunia ini apa yang ditinggalkannya? pertanyaan inilah yang selama ini terus bergelayut dalam pikiran penulis. Mungkin disuatu ketika nanti seorang guru sudah tidak lagi harus tergantung pada media-media yang telah dihasilkan oleh orang lain, namun lebih kepada mengandalkan suatu karya inovatif dan kreatif dari diri guru itu sendiri. Dengan adanya sebuah karya yang dihasilkan oleh seorang guru, Insya Allah karya tersebut akan bisa dinikmati juga oleh orang banyak, dan tentunya sebagai ladang amal bagi seorang guru karena sudah menyebarkan ilmu kepada orang lain lewat karya yang dimilikinya sekalipun sang guru tersebut sudah tidak ada lagi di dunia ini. Pantaslah dikatakan bahwa guru mulia diantaranya melalui karya yang dimilikinya.
Sungai Limas, 11 Januari 2019
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H