Â
Rintik hujan seolah bermelodi
Perlahan menjarum dan akhirnya menderu
Mengetuk-ngetuk daun jendela
Bak membisikkan suatu perasaan
Hujan ini adalah penemannya
Seolah menderu dan menusuk relung jiwa
Ada segumpal sesak yang ingin ditumpahkan
Ada luapan rasa yang ingin diungkapkan
Sesosok tubuh bersandar menyepi
Seakan tiada bergeming dalam derunya hujan
Wajah tertunduk lemah gelisah
Air muka yang tak tampak dalam pandangan
Ada butiran bening mulai menjalar
Dari sudut kedua matanya
Menyusuri kedua pipi hingga ke dagu
Gemuruh isak yang coba ditahan
ALLAH ...
Kedua bibirnya mulai berbisik lirih
Sebuah nama yang selama ini asing
Tiada pernah terlantun dan tiada dihiraukan
Gelombang sesal yang kian melanda
Ingin menoleh ke atal langit pekat
Namun tak berani menatapnya
Tiada bergeming di sudut kamar yang sunyi
Gumpalan isak kini mulai pecah
Awan sesal bergelayut dipelupuk matanya
Segala dosa silam tak mau ibadah
Apalagi kenal dengan nama ALLAH
Hanya bisa bersimpuh di atas sajadah
Menangis, meratap akan segala khilaf
Yang selama ini leka dengan dunia
Tersungkur layu di sudut kamar yang sunyi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H