Mohon tunggu...
Ekri Pranata Ferdinand Baifeto
Ekri Pranata Ferdinand Baifeto Mohon Tunggu... Human Resources - Timor Tengah Selatan

Seorang pengagum berat Cristiano Ronaldo dan pemakan segala kacuali durian. Menyelesaikan studi S1 Pendidikan Fisika di Institut Pendidikan SoE, S2 Pendidikan Fisika di Universitas Pendidikan Indonesia, dan saat ini sedang menempuh studi doktoral (S3) di Universitas Pendidikan Indonesia serta Magister Ministry Marketplace (S2) di Sekolah Tinggi Theologi Bandung. Menyukai banyak hal; sains, musik, sepak bola, seni, dan lain-lain.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Sekolah Dewi Sartika: Sejarah, Peran, dan Pendidikan Inklusi

26 November 2021   21:00 Diperbarui: 26 November 2021   21:02 1171
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Raden Dewi Sartika (1884-1947)

Jika selama ini kita mendengar sekolah-sekolah formal pada umumnya, baik sekolah swasta maupun sekolah negeri atau pun sekolah bagi anak berkebutuhan khusus (ABK) seperti Sekolah Luar Biasa (SLB) maka ada juga yang namanya sekolah inklusi. Sekolah inklusi mungkin jarang didengar oleh sebagian orang. Istilah sekolah inklusi merupakan sesuatu yang kurang familiar bagi masyarakat.

Lalu apa itu sekolah inklusi? Sekolah inklusi adalah sekolah yang juga memberikan pendidikan untuk anak berkebutuhan khusus (ABK). Di sekolah semacam ini, baik anak yang berkebutuhan khusus maupun tidak, akan berbaur dan belajar di kelas yang sama. Mereka juga mendapat pendidikan yang serupa.

Salah satu sekolah inklusi yang menjadi saksi sejarah perjalanan pendidikan di Indonesia adalah Sekolah Dewi Sartika. Dahulu sekolah ini merupakan sekolah yang diperuntukkan untuk kaum perempuan. Sekolah ini didirikan oleh Raden Dewi Sartika pada masa Pemerintahan Kolonial Belanda. Sekolah ini berdiri pada tanggal 16 Januari 1904. Pada awalnya sekolah ini berdiri dengan nama "Sakola Istri" dan memiliki motto dalam bahasa Sunda "cageur, bageur, bener, singer, pinter" (yang artinya: sehat, baik hati, benar, mawas diri, pintar).

Dalam perjalanannya sekolah ini kerap berganti nama. Semula sekolah ini bernama Sakola Istri (1904) lalu berubah nama menjadi Sakola Kautamaan Istri (1910), Sekolah Gadis No. 29, Sekolah Guru Bawah (SGB) Puteri (1951), Sekolah Kepandaian Puteri (SKP) Dewi Sartika (1961), hingga Sekolah Kejuruan Kepandaian Putri (SKKP) Dewi Sartika (1963). Saat ini sekolah ini masih berdiri dengan kokoh dengan nama SD dan SMP Dewi Sartika. Sekolah ini juga memiliki TK yang berada di gedung yang berbeda.

SD dan SMP Dewi Sartika
SD dan SMP Dewi Sartika

Kini, sekolah Dewi Sartika menjadi salah satu sekolah inklusi. Sekolah yang beralamat di Jalan Kautamaan Istri No. 12, Kelurahan Balonggede, Kecamatan Regol, Bandung ini menjadi salah satu sekolah yang berubah wujud dari sekolah khusus kaum perempuan menjadi sekolah bagi semua kalangan. Sekolah ini menjadi sekolah inklusi yang menyediakan tempat bagi siswa normal maupun siswa yang berkebutuhan khusus (ABK).

Sekolah Dewi Sartika mungkin tidak semegah sekolah lain dengan fasilitas yang mewah dan lengkap. Sekolah ini juga bukan sekolah favorit. Namun, sekolah ini menjadi saksi sejarah perjalanan pendidikan di Indonesia. Hingga sekarang tak terhitung berapa banyak generasi yang telah dihasilkan oleh sekolah ini. Ini membuktikan bahwa sekolah Dewi Sartika tak lekang ditelan zaman.

Walaupun bukan lagi menjadi sekolah khusus bagi perempuan, sekolah ini tetap menjalankan perannya sebagai sekolah yang hadir untuk mencerdaskan semua kalangan dan memeratakan pendidikan. Sekolah yang pada masanya diperuntukkan bagi kaum perempuan agar mendapat pendidikan yang sama dengan kaum laki-laki kini berubah menjadi sekolah inklusi yang menjangkau semua anak dengan berbagai latar belakang dan kebutuhan yang berbeda-beda.

Sebagai sebuah sekolah inklusi, peran dan tanggung jawab para pendidik tidaklah mudah. Kemajemukan warga sekolah menjadi salah satu tantangan yang cukup besar. Bagi guru, tugas mendidik siswa dengan latar belakang kemampuan yang berbeda-beda tentu bukanlah pekerjaan yang ringan. Namun sekali lagi, dengan hati dan visi menjadi wadah pendidikan bagi semua kalangan, sekolah Dewi Sartika mampu mengatasi kendala itu.

Kini, lebih dari satu abad lamanya sekolah ini tetap berdiri kokoh dan menjadi lambang perjuangan pendidikan di Indonesia. Sebagai salah satu peninggalan sejarah yang masih berfungsi dengan baik, sekolah ini perlu didukung agar tetap bersinar dan mencetak banyak generasi unggul bagi bangsa ini.

Semangat perjuangan pendidikan Raden Dewi Sartika ini patut dijadikan inspirasi. Mari belajar dari apa yang telah dilakukan oleh Raden Dewi Sartika bahwa pendidikan tidak hanya diperuntukkan bagi satu golongan saja, namun pendidikan perlu diberikan seluas-luasnya bagi semua orang. Raden Dewi Sartika mendobrak batasan untuk mendapatkan akses pendidikan, ia membuat akses terhadap pendidikan terbuka untuk semua golongan. Keberadaan sekolah Dewi Sartika sebagai sekolah inklusi menjadi bukti bahwa semangat tersebut tidak pudar ada dan akan terus ada.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun