Mohon tunggu...
Ekri Pranata Ferdinand Baifeto
Ekri Pranata Ferdinand Baifeto Mohon Tunggu... Human Resources - Timor Tengah Selatan

Seorang pengagum berat Cristiano Ronaldo dan pemakan segala kacuali durian. Menyelesaikan studi S1 Pendidikan Fisika di Institut Pendidikan SoE, S2 Pendidikan Fisika di Universitas Pendidikan Indonesia, dan saat ini sedang menempuh studi doktoral (S3) di Universitas Pendidikan Indonesia serta Magister Ministry Marketplace (S2) di Sekolah Tinggi Theologi Bandung. Menyukai banyak hal; sains, musik, sepak bola, seni, dan lain-lain.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Memahami Konsep Panjang Umur dari Perspektif Lain

24 Mei 2020   21:44 Diperbarui: 24 Mei 2020   21:45 177
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Salah satu lagu yang sering dinyanyikan ketika kita merayakan hari kelahiran atau yang sering kita sebut 'ulang tahun' adalah lagu "Panjang Umur".

Lirik lagu tersebut berbunyi demikian: Panjang umurnya, panjang umurnya, panjang umurnya serta mulia, serta mulia, serta mulia.

Ketika menyanyikan lagu ini kita merasa sangat bahagia. Digit usia berubah, perencanaan di tahun-tahun sebelumnya mulai mendekati target, yang remaja merasa akan segera dewasa, yang dewasa merasa akan tua, dan seterusnya. Jangan lupa juga kue ultah (ulang tahun) dan kado istimewa juga menjadi the best part-nya.

Berbicara mengenai umur, banyak orang sering berharap dan berdoa agar memiliki umur yang panjang, kalau dapat mencapai usia 80 atau bahkan 100 tahun. Hal tersebut bahkan menjadi kebanggaan tersendiri jika dapat mencapai usia selama itu.

Tetapi pertanyaannya adalah, benarkah kita mengalami pertambahan usia ketika kita merayakan hari kelahiran?

Sebenarnya ketika merayakan hari kelahiran, kita tidak mengalami pertambahan usia. Justru sebaliknya usia kita berkurang satu tahun.

Banyak orang tidak menyadari hal ini. Pertambahan usia yang kita pahami selama ini adalah pertambahan "usia semu". Pertambahan "usia semu" artinya angka usia kita bertambah; yang awalnya 17 tahun menjadi 18 tahun dan seterusnya, tetapi usia hidup kita makin sedikit atau berkurang.

Agar lebih mudah dipahami, maka kita menganalogikan usia hidup itu seperti jam pasir. Pada awalnya pasir penuh di bagian atas tabung jam, tetapi semakin lama pasirnya semakin sedikit akibat jatuh ke ruang tabung bagian bawah.

Usia manusia juga demikian. Sejak awal setiap orang sudah ditetapkan usia hidupnya masing-masing oleh Sang Maha Pencipta. Ada yang 40 tahun, 65 tahun, 70 tahun, dan seterusnya.

Semakin hari usia hidup kita semakin berkurang. Waktu hidup kita sebenarnya berjalan mundur. Ini bertolak belakang dengan pertambahan usia yang kita tahu.

Karena itu, ketika seseorang merayakan ulang tahun atau hari kelahirannya maka sebenarnya dia sedang menuju akhir kehidupannya. Waktu hidupnya berkurang satu tahun bukan sebaliknya bertambah satu tahun.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun