Mohon tunggu...
Ekri Pranata Ferdinand Baifeto
Ekri Pranata Ferdinand Baifeto Mohon Tunggu... Human Resources - Timor Tengah Selatan

Seorang pengagum berat Cristiano Ronaldo dan pemakan segala kacuali durian. Menyelesaikan studi S1 Pendidikan Fisika di Institut Pendidikan SoE, S2 Pendidikan Fisika di Universitas Pendidikan Indonesia, dan saat ini sedang menempuh studi doktoral (S3) di Universitas Pendidikan Indonesia serta Magister Ministry Marketplace (S2) di Sekolah Tinggi Theologi Bandung. Menyukai banyak hal; sains, musik, sepak bola, seni, dan lain-lain.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Polemik Laut Cina Selatan di Tengah Corona dan Strategi Cina Menikung Ala Rossi

30 April 2020   17:07 Diperbarui: 30 April 2020   17:10 236
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pandemi Covid-19 belum juga selesai. Korban terus bertambah. Banyak negara mulai frustasi. Kondisi ekonomi mulai kolaps. Dunia sedang tidak dalam kondisi kondusif.

Di tengah mewabahnya Corona, semua perhatian tengah difokuskan kepada penanganan dan pencegahan terhadap virus ini. Demikian juga dengan efek lain yang timbul akibat wabah ini, seperti pencegahan kelaparan yang dapat menyebabkan munculnya kasus-kasus lain.

"Mengambil kesempatan dalam kesempitan". Kalimat ini pantas disematkan kepada Cina. Beberapa waktu lalu, pemerintah Cina secara sepihak mengumumkan klaimnya atas daerah teritorial Laut Cina Selatan (LCS). Daerah yang selama ini menjadi sengketa antara Cina, Vietnam, Taiwan, Filipina, dan Brunei Darussalam.

Daerah yang diklaim oleh Cina adalah Nansha (gugus kepulauan barat) dan Xixha (gugus kepulauan selatan). Klaim ini ditandai dengan didirikannya distrik di kedua titik tempat. Sedikit informasi bahwa Nansha adalah sebutan Cina untuk kepulauan Spratly dan Xinha adalah sebutan untuk kepulauan Paracel.

Dalam situasi saat ini, boleh dikatakan Cina benar-benar menerapkan cara "menikung ala Rossi"–strategi terkenal dari sang maestro MotoGP, Valentino Rossi. Negara-negara sengketa sedang tidak berfokus terhadap masalah daerah teritorial ini. Di sisi lain, Cina yang boleh dibilang sudah lebih dulu cepat mengatasi dampak Corona malah mengambil keuntungan dari situasi ini.

Tindakan Cina patut dikecam. Pemerintah Vietnam sendiri menyebut tindakan Cina adalah "pelanggaran serius". Seperti dilansir dari berita detik.com, pada awal April, Vietnam juga mengajukan pengaduan resmi ke PBB karena Beijing "secara ilegal menenggelamkan pukat ikan (Vietnam) dekat Kepulauan Paracel" bersama delapan orang di dalamnya.

Cina membantah dan menerangkan, kapal nelayan itu memasuki wilayahnya secara ilegal dan "memprovokasi tabrakan" dengan penjaga pantai. Ke delapan nelayan berhasil diselamatkan.

"Tidak ada negara yang dapat mengklaim kedaulatan atas kawasan bawah air, kecuali mereka berada dalam kawasan 12 mil laut dari daratan. Jadi, apakah Cina tidak mengetahui hal ini atau dengan sengaja mencoba melanggar hukum internasional?" kata Bill Hayton, dari lembaga tangki pemikir Inggris Chatham House. "Cina telah meratifikasi Konvensi PBB tentang Hukum Laut (UNCLOS) yang sangat jelas mengenai apa yang bisa dan tidak bisa diklaim sebagai wilayahnya.

Apakah Cina sedang memprovokasi keadaan? Mungkin saja. Di tengah wabah Corona yang melanda dunia tindakan Cina dapat memicu konflik yang lebih besar dan berbahaya.

Melihat probabilitas yang ada, Cina sepertinya akan terus gencar mengusahakan klaim atas LCS. Wabah Corona sepertinya akan berkelanjutan dan memakan waktu yang cukup lama sampai hingga benar-benar selesai. Momen ini akan dimanfaatkan Cina semaksimal mungkin–mengingat perhatian negara-negara di dunia sedang berfokus pada pandemi Corona.

Di sisi lain, Cina sudah lebih dahulu pulih dari wabah Corona memiliki peluang untuk merebut zona-zona konflik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun