Indonesia kaya akan kuliner Nusantara. Dari jajanan pinggir jalan hingga restoran mewah. Sedemikian banyaknya, Indonesia sering disebut negeri dengan sejuta kuliner.
Setiap daerah di Indonesia memiliki makanan khas daerahnya masing-masing. Ada sambal teri Medan, gudeg Jogja, soto Betawi, Papeda di Maluku dan Papua, dan masih banyak lagi.
Masyarakat daerah Timor juga memiliki makanan khas daerahnya. Salah duanya adalah jagung Bose dan sambal Lu'at. Bagi orang Timor, menikmati jagung Bose terasa kurang nikmat jika tanpa sambal Lu'at. Keduanya merupakan pasangan yang tepat dalam satu paket.
Jagung Bose
Jagung Bose diolah dengan cara jagung direndam semalam agar jagung empuk dan mudah dipisahkan dari kulitnya. Jagung yang sudah direndam kemudian ditumbuk menggunakan alat yang dalam bahasa Dawan disebut "esu" dan "aluk" (lesung dan penumbuk yang terbuat dari kayu).
Jagung ditumbuk untuk memisahkan kulit luar (pericarp, berupa lapisan luar yang tipis, berfungsi mencegah embrio dari organisme pengganggu dan kehilangan air) dengan dagingnya. Selanjutnya jagung Bose yang sudah ditumbuk akan diayak atau ditapis menggunakan "tupa" (nyiru) untuk menghasilkan jagung Bose yang bersih sekaligus memisahkan butiran yang kecil dan besar.
Proses memasak jagung Bose pun terbilang unik. Pasalnya, jagung Bose tidak akan dimasak terpisah tetapi dicampur dengan berbagai jenis sayur dan kacang-kacangan. Campuran tersebut dapat berupa pucuk (tunas) labu kuning beserta buahnya, daun pepaya, buah pepaya muda, kacang nasi, kacang arbila, kecipir, dan campuran lainnya tergantung selera.
Sambal Lu'at
Sambal Lu'at adalah sambal khasnya NTT (Nusa Tenggara Timur). Bagi orang Timor, sambal Lu'at adalah bagian yang tidak terpisahkan dari setiap hidangan makan. Istilah dalam bahasa Kupang, "Sonde ada daging ju sonde apa-apa. Yang penting ada Lu'at sa". Artinya, " Tidak ada daging (makan tanpa daging atau lauk) tidak jadi masalah, asalkan ada sambal Lu'at, itu cukup".