Mohon tunggu...
Eka Putra Cendana
Eka Putra Cendana Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Menerjemahkan hidup melalui jari-jemari, menapaki bumi dengan kaki imajinasi sampai sudut yang paling jauh dan terjepit, menerawang logika dengan cahaya sains serta iman. dan aku tetap disini, di rumahku, di depan komputer.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Saya Tidak Tau ini apa, Pokoknya ini Tentang "Cinta"

17 April 2013   15:02 Diperbarui: 24 Juni 2015   15:03 142
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

bak sadang didakek camin, ambo ado di balakang, adiak tagak di mukonyo. lantiak jari jo tangan, sairiang irama ambo tarikan. tapi apolah dayo mak oi, adiak hanyo bisa maliek bayang diri surang.
"laksana sedang di dekat cermin, saya ada di belakang, adik berdiri di depannya. lentik gemulai jari dan tangan, seiring irama saya tarikan. tetapi apalah daya, puan hanya bisa melihat pantulan diri seorang".

Itulah sepenggal syair pengiring sebuah tarian tradisional dikampungku. Tarian ini  dipertunjukkan pada saat perayaan hari kemerdekaan, pesta pernikahan dan perayaan suka cita lainnya.

Tidak ada yang spesial dari tariannya, terlihat standar dan kurang kreatif dalam menggubahnya, dan bukan karena tarian itu saya menulis, melainkan karena makna syairnya yang sangat sarat dengan nilai isyarat dan iktibar.  "bak sadang didakek camin, ambo ado di balakang, adiak tagak di mukonyo. lantiak jari jo tangan, sairiang irama ambo tarikan. tapi apolah dayo mak oi, adiak hanyo bisa maliek bayang diri surang".
Artinya ada sepasang kekasih dimana sang pemuda telah berbuat dan berkorban banyak untuk wanitanya, apa saja dilakukan asalkan kekasihnya merasa senang dan puas, tetapi apalah daya semua usaha sang pemuda sia-sia, karena wanita kekasih hati tidak pernah sedikitpun melihat dan memberikan apresiasi terhadap si pemuda tadi, disebabkan keangkuhan dan kesombongan si wanita itu, dia menganggap dirinya memang pantas mendapat perhatian dan perlakuan yang istimewa dari siapa saja, dan jangan pernah berharap apapun darinya.

Sangat tidak enak menjadi pemuda yang dikisahkan dalam syair itu, tapi begitulah seorang pemuda, saat dia mendapat sinyal ketentraman dari lawan jenisnya, maka secara totalitas waktu, tenaga, dan pikiran akan dicurahkan kepada sang dambaan hatinya.

Dalam salah satu buku yang ditulis oleh Orhan Pamuk, beliau mengatakan " jika seorang laki-laki sering merayu, membual-bual, dan melakukan tipu daya, artinya dia tidak sedikitpun merasa cinta. Sementara laki-laki yang betul-betul kehilangan kendali dirinya, meluap dan meletup emosi dan asmaranya saat membicarakan seorang yang dikasihinya, inilah laki-laki pemilik cinta sejati sesungguhnya".

Sampai disini, semoga teman-teman yang membaca tulisan ini bisa memahami apa yang sebenarnya hendak saya sampaikan kepada anda.

Untuk anda yang wanita, semoga saja anda tidak hanya berdiri didepan cermin, tetapi berlari dan bergegas membukakan pintu untuk pemuda yang datang dengan keseriusan kepada anda. Untuk saya dan anda yang merasa laki-laki, jangan suka menari dibelakang cermin, gak bakal kelihatan, jika memang merasa pantas, datangilah dan pegang tangan wanita dambaanmu seraya berkata "aku ingin melamarmu", kemungkinan jawaban hanya ada dua, pertama ditolak, yang kedua diterima sambil tersenyum bangga kepada anda.

Salam cinta

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun