Entah kena angin apa, tiba-tiba saja Satemo Dokar melontarkan pertanyaan yang nganeh-nganehi ini di pos ronda:
"Min, kamu pernah memperhatikan nggak apa yang digambar anakmu yang masih sekolah di SD itu?"
"Yo selalu lah. Memang kenapa?"
"Pernah nggak anakmu menggambar pemandangan seperti yang kita gambar waktu SD dulu. Gambar pemandangan dua gunung, lalu di tengahnya ada matahari terbit, terus di depan gunung itu ada sawah."
"Terus di atas gunungnya ada burung-burung yang terbang."
Kami semua tertawa mengenangkan masa-masa SD dulu. Zaman itu, kalau ditugasi menggambar oleh guru, rata-rata kami satu kelas akan menggambar gambar yang sama. Ya pemandangan gunung kembar itu  tadi.
"Yo nggak lah, Kok kaya anak produk 70an saja lho. Gambar anakku sekarang werna-werna. Ada gambar penyanyi korea lagi konser. Ada gambar kucingnya yang lagi nonton TV. Bahkan ia pernah menggambar calon anggota DPR yang bannernya bertebaran di pinggir-pinggir jalan."
"Wah...wah...wah... Anak zaman sekarang. Kok zaman dulu kita tidak kepikiran untuk menggambar yang aneh-aneh ya?"
Iya, ya. Kenapa kok kita nggak pernah memikirkan kenapa kita dulu menggambar pemandangan yang serupa ya? Di mana-mana anak SD saat itu gambar pemandangannya pasti yang itu-itu juga.
"Kalian jangan menganggap hanya gambar anak-anak itu saja yang sama. Pada orang dewasa, banyak juga yang sama di mana-mana."
"Apa lho, Pak Sastro?"