Mohon tunggu...
Eko Windarto
Eko Windarto Mohon Tunggu... Penulis - Penulis. Esainya pernah termuat di kawaca.com, idestra.com, mbludus.com, javasatu.com, pendidikannasional.id, educasion.co., kliktimes.com dll. Buku antologi Nyiur Melambai, Perjalanan. Pernah juara 1 Cipta Puisi di Singapura 2017, juara esai Kota Batu 2023
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

esai

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Mengatasi Fenomena Pandangan Kolot dan Iri Dengki Penulis Era 4.0

21 September 2024   07:44 Diperbarui: 21 September 2024   07:55 185
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


Oleh: Eko Windarto

Seorang penulis jika masih mempunyai rasa iri dengki dengan sesama penulis adalah penulis yang kurang paham jati dirinya sendiri alias cara pandangnya masih kolot, dan menganut cara pandang feodal yang pada era 4.0 ketinggalan zaman.

Pandangan kolot dan rasa iri dengki antar penulis adalah dua hal yang cukup umum terjadi di dunia sastra dan penulisan. Fenomena ini sudah terjadi sejak lama, namun dengan semakin majunya teknologi dan industri, kedua hal tersebut menjadi semakin kompleks terutama dalam era digital atau era 4.0. Di satu sisi, pandangan kolot dan rasa iri dengki tersebut dapat memberikan motivasi bagi seorang penulis untuk terus berkarya, namun di sisi lain dapat menghambat perkembangan dunia literasi dan penulisan. Oleh karena itu, penting untuk memahami lebih dalam mengenai pandangan kolot dan iri dengki dalam dunia literasi di era 4.0.

Pertama-tama, pengaruh pandangan kolot dalam karya sastra dan penulisan perlu diulas lebih dalam. Pandangan kolot adalah pandangan yang tidak dapat berubah dari segi pemikiran dan berorientasi pada masa lalu. Dalam dunia sastra dan penulisan, hal ini bisa diartikan sebagai pandangan bahwa karya sastra atau penulisan yang disusun dengan gaya baru atau pola yang tidak biasa tidak dapat diterima atau dinilai sebagai penulisan yang baik. Sikap inilah yang menyebabkan banyak penulis yang merasa tidak percaya diri dan merasa sulit untuk menuangkan ide-ide baru dan kreatif mereka dalam penulisan.

Selain pandangan kolot, rasa iri dengki antar penulis kerap kali terjadi di dunia literasi. Penyebab rasa iri dengki ini bisa bervariasi mulai dari rasa tidak adil dalam mendapatkan penghargaan hingga persaingan merebut pasar penerbitan. Meskipun rasa iri dengki ini wajar terjadi, namun jika tidak diatasi akan menghambat perkembangan penulisan dan dunia literasi secara keseluruhan. Oleh karena itu, perlu adanya dukungan budaya untuk menghadapi dan mengatasi iri dengki antar penulis.

Dampak dari pandangan kolot dan iri dengki pada perkembangan dunia literasi pun penting untuk diperhatikan. Jika kita masih memegang teguh pandangan kolot dan selalu merasa iri dengki terhadap kesuksesan penulis lain, maka perkembangan dunia literasi akan terhambat dan kesempatan bagi penulis baru untuk berkembang semakin kecil. Sebaliknya, jika kita terbuka dengan pandangan inklusif dan menjalin relasi dengan penulis lain dengan cara yang positif, maka dapat tercipta lingkungan yang mendukung dan memotivasi perkembangan penulisan dan sastra lebih baik.

Di era digital atau era 4.0, teknologi menjadi faktor penting dalam perkembangan penulisan dan sastra. Teknologi membuat proses publikasi dan distribusi karya lebih mudah dan cepat. Namun, teknologi juga memiliki dampak terhadap industri penerbitan dan sastra. E-book dan platform penerbitan digital semakin banyak diminati dan diakses oleh pembaca. Hal ini memungkinkan lebih banyak penulis untuk mempublikasikan karya mereka dalam format digital. Namun, teknologi juga mempersulit penetapan standar kualitas karya yang diterbitkan. Oleh karena itu, perlu adanya lembaga atau badan yang mengatur kualitas dan standar penulisan digital.

Meningkatkan kerja sama antar penulis juga penting untuk dilakukan di era 4.0. Mengingat semakin banyaknya penulis yang bermunculan dan semakin ketatnya persaingan di industri penerbitan, kerja sama antar penulis dapat mempermudah dan mempercepat proses penulisan sebuah karya. Selain itu, dengan kerja sama antar penulis, dapat tercipta atmosfir yang lebih positif dalam dunia literasi sehingga dapat memacu perkembangan literasi dan sastra.

Pendidikan dan pengembangan diri menjadi hal yang penting untuk mengatasi pandangan kolot dan iri dengki antar penulis. Pendidikan adalah proses belajar dan pengajaran yang terus berlangsung seumur hidup, oleh karena itu, setiap penulis perlu mengasah pengetahuannya melalui pendidikan formal atau non-formal, atau banyak membaca aneka buku, dan bermacam-macam referensi ilmu pengetahuan. Semua itu sangat penting bagi penulis untuk bisa menghasilkan tulisan yang berkualitas. Selain itu, penulis juga perlu melakukan pengembangan diri pada bidang yang diminati agar dapat menghasilkan karya yang bermutu dan sesuai dengan perkembangan era 4.0.

Secara keseluruhan, pandangan kolot dan rasa iri dengki antar penulis adalah dua hal yang dapat mempengaruhi perkembangan literasi dan penulisan di era 4.0. Untuk mengatasinya, perlu adanya dukungan budaya, pemanfaatan teknologi, kerja sama antar penulis, serta pendidikan dan pengembangan diri penulis. Hal ini menjadi penting agar perkembangan literasi dan penulisan di era 4.0 dapat semakin maju dan berkembang.

Baca juga: Fenomena "Bediding"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun