Mohon tunggu...
Eko Windarto
Eko Windarto Mohon Tunggu... Penulis - Penulis. Esainya pernah termuat di kawaca.com, idestra.com, mbludus.com, javasatu.com, pendidikannasional.id, educasion.co., kliktimes.com dll. Buku antologi Nyiur Melambai, Perjalanan. Pernah juara 1 Cipta Puisi di Singapura 2017, juara esai Kota Batu 2023
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

esai

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Makna Pelestarian Cagar Budaya dan Lingkungan dalam Kumpulan Cerpen Ratna Indraswari Ibrahim

17 September 2024   18:56 Diperbarui: 19 September 2024   22:52 288
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Oleh: Eko Windarto 

Ketika awalnya para Kompasianer Yayuk Sulistyowati, Lilik Fatimah Azzahra, Tri Handoyo, dan penulis ketemu di rumah Budaya Ratna jalan. Diponegoro 3 Klojen Malang membahas tentang kumpulan cerpen Pohon Kenari di Willem Straat karya Ratna Indraswari Ibrahim sebagai pohon bersejarah yang terdapat dalam cerpen yang menceritakan kehidupan di masa kolonial Belanda, terutama di kota Malang. Dalam kegiatan yang dilakukan, para anak-anak didik Yayuk guru SMP Katolik Cor Jesu, Malang diharapkan dapat mengenal dan mencintai sejarah bangsa Indonesia, termasuk melestarikan cagar budaya seperti pohon-pohon heritage yang menjadi bagian dari sejarah Indonesia.

Pohon Kenari sebagai pohon bersejarah dalam cerpen yang dibahas, Ibu Ratna Indraswari menceritakan tentang pohon kenari sebagai pohon bersejarah yang memiliki berbagai manfaat bagi masyarakat sekitar. Daun-daunnya dapat digunakan sebagai toping-toping kue roti, bahan roti, dan lain sebagainya. Selain itu, pohon kenari juga menjadi sumber rezeki bagi orang-orang sekitar.

Jalan Diponegoro di Era Kolonial Belanda 

Jalan Diponegoro menjadi salah satu jalan di kota Malang yang tercatat dalam sejarah kolonial Belanda. Thomas Custom mencatat bahwa jalan ini dibangun pada tahun 1917 sampai 1918 sebagai kawasan perumahan orang baru Eropa. Kawasan tersebut menjadi kawasan perumahan orang-orang Eropa pada masa tersebut. Selain jalan Diponegoro, masih terdapat beberapa tanaman lainnya seperti serat yang menjadi bagian dari sejarah kota Malang di masa lalu.

Melestarikan Cagar Budaya Melalui kegiatan yang dilaksanakan, para anak-anak didik diharapkan dapat mengenal dan melestarikan cagar budaya seperti pohon-pohon heritage yang menjadi bagian dari sejarah Indonesia. Para anak-anak diharapkan dapat memahami gambaran masa lalu dengan melihat sejarah dari objek-objek peninggalan sejarah yang masih ada di sekitar kita, seperti pohon-pohon heritage.

Dari ketiga bagian yang tadi disebutkan, sebenarnya terdapat korelasi yang kuat antara pohon kenari dan sejarah kota Malang pada masa kolonial Belanda. Jalan Diponegoro sebagai salah satu jalan utama di kota Malang menjadi saksi bisu akan era itu, di mana pohon-pohon heritage seperti pohon kenari menjadi bagian sejarah yang tidak bisa dilupakan.

Ketika memelihara pohon-pohon heritage, kita sebenarnya juga memelihara sejarah Indonesia itu sendiri. Oleh karena itu, diperlukan kesadaran yang tinggi mengenai pentingnya melestarikan cagar budaya ini. 

Di samping itu, kegiatan pelestarian juga penting bagi lingkungan karena pohon dan tumbuh-tumbuhan memiliki peran krusial dalam menjaga keseimbangan ekosistem. Pohon-pohon heritage seperti pohon kenari dan beringin juga memiliki ciri khas yang unik dibandingkan dengan jenis tumbuhan lainnya.

Pohon kenari, sebagai contohnya, memiliki duri pada batang dan ranting serta buah kenari yang besar dan berbentuk bulat dengan kulit keras dan ekor yang panjang. Selain itu, pohon kenari juga memiliki daun besar dan lebat sehingga dapat memberikan rasa sejuk dan nyaman pada lingkungan sekitarnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun