Mohon tunggu...
Eko Windarto
Eko Windarto Mohon Tunggu... Penulis - Penulis. Esainya pernah termuat di kawaca.com, idestra.com, mbludus.com, javasatu.com, pendidikannasional.id, educasion.co., kliktimes.com dll. Buku antologi Nyiur Melambai, Perjalanan. Pernah juara 1 Cipta Puisi di Singapura 2017, juara esai Kota Batu 2023

esai

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Mengapa Generasi Z Lebih Sulit Cari Kerja di Era Digital?

31 Agustus 2024   05:19 Diperbarui: 31 Agustus 2024   10:24 127
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Input sumber gambar pexels 

Oleh: Eko Windarto

Dikutip dari Kompas.id, pada 2022, dari 7,1 juta lulusan, hanya 13,6 persen di antaranya yang diterima bekerja di sektor formal, yang terdiri dari lulusan perguruan tinggi sebanyak 54,3 persen, SMA/sederajat sebanyak 42,7 persen, dan SD/SMP 29.183 sebanyak 3 persen. *Benarkah terjadi pergeseran dari sektor padat karya ke padat modal yang berarti mengurangi penciptaan lapangan kerja? Bagaimana nasib generasi Z?

Generasi Z, yaitu generasi yang lahir pada tahun 1996 hingga 2010, saat ini menghadapi situasi yang sulit dalam mencari pekerjaan. Meskipun sebagian dari mereka memiliki latar belakang pendidikan yang baik, namun persentase mereka yang berhasil diterima bekerja di sektor formal masih sangat rendah. Salah satu faktor yang menyebabkan hal tersebut adalah adanya pergeseran dari sektor padat karya ke sektor padat modal, yang berarti terjadi penurunan penciptaan lapangan kerja.

Pergeseran dalam struktur ekonomi Indonesia terjadi sejak beberapa tahun terakhir. Industri manufaktur yang membutuhkan banyak tenaga kerja berkurang seiring dengan adanya modernisasi teknologi dan otomatisasi. Sebaliknya, perkembangan teknologi dan informasi memberikan ruang yang lebih besar bagi sektor padat modal dalam penciptaan lapangan kerja. Baik itu dalam sektor jasa maupun teknologi, secara tidak langsung hal tersebut menghasilkan banyak lapangan kerja baru yang membutuhkan sofistikasi dan keterampilan khusus.

Sementara itu, generasi Z sering dianggap kurang memenuhi beberapa kriteria yang biasanya dicari oleh pengusaha. Mereka terkadang dianggap memiliki keterampilan yang kurang memadai dan kurang berpengalaman dalam bekerja, sehingga sulit bersaing dengan generasi sebelumnya yang lebih berpengalaman.

Salah satu faktor lain yang memengaruhi adalah pendidikan. Meskipun tingkat pendidikan tinggi di Indonesia semakin meningkat, namun situasi pekerjaan tidak seimbang dengan peningkatan ini. Banyak pengusaha lebih memilih untuk merekrut lulusan yang memiliki pengalaman kerja, yang dianggap lebih berharga, daripada para lulusan baru yang belum memiliki pengalaman kerja.

Lebih lanjut, perubahan preferensi dalam gaya kerja juga berdampak pada sulitnya generasi Z dalam mencari pekerjaan. Generasi Z tumbuh dengan budaya yang berbeda dan memiliki preferensi dalam gaya kerja. Mereka cenderung mencari pekerjaan yang menggabungkan kehidupan pribadi dan pekerjaan. Mereka cenderung lebih fokus pada kesejahteraan pribadi, seperti keseimbangan kerja-hidup, fleksibilitas waktu dan tempat kerja, serta nilai-nilai etika kerja yang tinggi.

Semua faktor di atas mempengaruhi kesulitan yang dihadapi generasi Z dalam mencari pekerjaan. Namun, mereka juga memiliki kelebihan sebagai generasi yang tumbuh dengan teknologi dan digital. Mereka adalah generasi yang terbiasa dengan teknologi modern dan mampu beradaptasi dengan cepat terhadap perubahan di dalamnya. Oleh karena itu, banyak pekerjaan baru yang tidak ada di masa sebelumnya kini tersedia, khususnya di sektor teknologi dan informasi.

Namun, kelebihan tersebut perlu diimbangi dengan peningkatan keterampilan yang relevan. Generasi Z perlu memiliki pengetahuan dan keterampilan yang relevan dan up-to-date untuk bersaing di era digital. Oleh karena itu, pendidikan formal harus diiringi dengan pengembangan keterampilan praktis yang penting untuk daya saing di pasar kerja saat ini.

Dalam situasi sulit ini, pemerintah, pengusaha, dan masyarakat perlu bekerja sama untuk menciptakan peluang kerja bagi generasi Z. Program-program pelatihan dan magang yang mempertemukan pengusaha dengan generasi Z dapat menjadi salah satu solusinya. Selain itu, membangun kesadaran dan pemahaman tentang potensi generasi Z dan keunikan gaya kerjanya juga sangat penting. Hal ini dapat membantu pengusaha dalam merekrut para lulusan baru yang memiliki potensi untuk berkembang di masa depan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun