Mohon tunggu...
Eko Windarto
Eko Windarto Mohon Tunggu... Penulis - Penulis. Esainya pernah termuat di kawaca.com, idestra.com, mbludus.com, javasatu.com, pendidikannasional.id, educasion.co., kliktimes.com dll. Buku antologi Nyiur Melambai, Perjalanan. Pernah juara 1 Cipta Puisi di Singapura 2017, juara esai Kota Batu 2023
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

esai

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Dampak Psikologis dari Pelecehan Verbal pada Korban

22 Agustus 2024   18:58 Diperbarui: 22 Agustus 2024   19:05 115
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Oposisi terhadap pelecehan dan diskriminasi dalam perspektif feminisme dan gerakan kesetaraan gender

Gerakan kesetaraan gender dan feminisme seringkali berfokus pada melawan pelecehan dan diskriminasi, termasuk pelecehan verbal. Mereka menekankan pentingnya memerangi budaya yang mempromosikan pelecehan dan diskriminasi sebagai langkah awal untuk menghentikan tindakan tersebut dari akar masalahnya.

Apabila tidak dilawan, budaya dan norma sosial yang membiarkan pelecehan terus terjadi berpotensi untuk memperkuat struktur yang menindas dan melanggengkan kesenjangan gender dan perbedaan kekerasan pada tingkat sistemik dalam masyarakat. Oleh karena itu, gerakan feminisme dan kesetaraan gender mendesak pentingnya pendidikan dan telah melakukan tindakan konkret untuk menghentikan pelecehan verbal dan diskriminasi pada masyarakat.

Pentingnya aktivisme dan pengorganisasian dalam melawan prasangka dan diskriminasi

Aktivisme dan pengorganisasian komunitas juga memegang peranan penting dalam melawan prasangka dan diskriminasi, termasuk pelecehan verba. Melalui kampanye yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat, mematangkan semangat dan belajar untuk menyebarluaskan informasi, dan memperkuat solidaritas antara kelompok yang terpinggirkan dan terdiskriminasi, kita dapat membangun masyarakat yang lebih inklusif dan bebas dari pelecehan.

Analisis tentang penggunaan kata sebagai bentuk diskriminasi sistemik dalam masyarakat.

Banyak ungkapan dalam bahasa seringkali memiliki implikasi dan pengaruh didalam masyarakat, termasuk pengaruh pada diskriminasi. Contoh ada kalimat "gay" digunakan sebagai kata makian yang merendahkan orang yang cenderung memiliki orientasi seksual berbeda dengan heteroseksual dalam ujaran sehari-hari. Penggunaan kata dalam masyarakat yang merendahkan atau menghina anak kecil yang kurang berprestasi di sekolah seperti "bodoh" atau "nggak pinter" dapat secara tidak langsung merendahkan orang lainnya yang memiliki keterbatasan pada akademik.

Banyak orang mungkin tidak menyadari bahwa perkataan mereka dapat menyinggung dan merendahkan orang lain terlebih jika kata-kata mereka mendukung, membiarkan, atau bahkan mempromosikan diskriminasi dan prasangka. Ini adalah bentuk diskriminasi sistemik dalam masyarakat yang dapat berdampak pada terjadinya pengabaian hak asasi manusia dan pembatasan kesetaraan.

Dalam kesimpulan, pelecehan verbal memberikan dampak psikologis yang besar pada korban. Oleh karenanya kita harus membuka pembicaraan dan aksi untuk memerangi pelecehan verbal dan diskriminasi. Salah satu caranya adalah mengubah budaya dan norma sosial yang mempromosikan tindak pelecehan dan diskriminasi, mengembangkan pendekatan hukum yang efektif, memperjuangkan kesetaraan dan gerakan feminisme, serta membina kerja sama antara berbagai pengorganisasian dalam melawan prasangka dan diskriminasi di masyarakat.

Sekar Putih, 2282024

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun