Oleh: Eko WindartoÂ
Keluarga telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan manusia sejak zaman dahulu kala. Keluarga terdiri dari orang tua dan anak-anak, yang hidup bersama dalam suatu rumah dan saling mendukung dalam kehidupan sehari-hari. Namun, seiring dengan perubahan zaman, keluarga pun mengalami perubahan yang signifikan.Â
Kemajuan teknologi dan urbanisasi telah membawa dampak besar pada kehidupan keluarga di era kontemporer. Artikel ini akan membahas trend dan isu terkini dalam keluarga kontemporer seperti urbanisasi, pekerjaan, pola asuh anak, dan perencanaan keluarga.
Urbanisasi dan Keluarga Kontemporer
Urbanisasi telah membawa dampak besar pada kehidupan keluarga modern. Banyak keluarga saat ini hidup di kota dan menghadapi tantangan baru, termasuk kesulitan dalam mencari tempat tinggal, transportasi dan lingkungan yang serba cepat dan sibuk. Akibatnya, banyak keluarga modern mengalami konflik dalam dinamika keluarga mereka.Â
Urbanisasi mempengaruhi cara keluarga membangun hubungan. Keluarga modern cenderung lebih individualis dan kurang terikat pada nilai-nilai keluarga tradisional. Namun, di sisi lain, keluarga modern juga lebih terbuka dalam isu-isu sosial seperti LGBTQ+. Ini menunjukkan bahwa keluarga modern memiliki kelebihan dan kelemahan yang sama dalam menghadapi tantangan urbanisasi.
Keluarga kontemporer menghadapi banyak isu sosial budaya yang terkini dan harus dicari solusi yang tepat untuk mengatasi dampak negatif dari isu tersebut. Dalam artikel ini, akan dibahas beberapa isu sosial budaya pada keluarga kontemporer dan solusi yang dapat dilakukan untuk menghadapi isu tersebut.
Menjaga Kesehatan Mental dalam Keluarga
Keluarga kontemporer seringkali menghadapi tekanan dan stres yang berkaitan dengan pekerjaan dan lingkungan sekitar mereka. Hal ini dapat menyebabkan masalah kesehatan mental pada anggota keluarga yang dapat mengganggu hubungan antar anggota keluarga.
Salah satu solusi untuk menjaga kesehatan mental dalam keluarga adalah dengan meningkatkan komunikasi antar anggota keluarga. Keluarga harus menetapkan waktu untuk berkumpul dan berbicara satu sama lain secara teratur. Selain itu, keluarga juga harus terbuka terhadap isu-isu kesehatan mental dan siap untuk mencari bantuan profesional jika diperlukan.