Mohon tunggu...
Eko Windarto
Eko Windarto Mohon Tunggu... Penulis - Penulis. Esainya pernah termuat di kawaca.com, idestra.com, mbludus.com, javasatu.com, pendidikannasional.id, educasion.co., kliktimes.com dll. Buku antologi Nyiur Melambai, Perjalanan. Pernah juara 1 Cipta Puisi di Singapura 2017, juara esai Kota Batu 2023
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

esai

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop

Fenomena Tingginya Tingkat Pengangguran di Kalangan Gen Z: Ada Apa dan Kenapa?

9 Juni 2024   07:07 Diperbarui: 9 Juni 2024   07:16 550
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Input sumber gambar dokpri 


Oleh: Eko Windarto

Cukup miris melihat data Badan Pusat Statistik merilis 9.9 juta penduduk Indonesia berusia 14 hingga 24 tahun yang biasa disebut Generasi Z justru banyak yang masih menganggur bahkan tidak bersekolah ke jenjang pendidikan lanjutan lantaran UKT yang mahal. Mau cari uang dengan bekerja malah ujung-ujungnya tidak dapat kerja karena tidak memiliki gelar sarjana sebagai kualifikasi dasar.

Ini bagaikan lingkaran setan. faktor yang menyebabkan hal ini terjadi, termasuk beberapa faktor ekonomi dan pendidikan. Berikut adalah beberapa faktor yang mungkin menyebabkan Generasi Z menganggur atau tidak melanjutkan pendidikannya.

Tekanan Ekonomi dan Kesenjangan Sosial

Saat ini, keadaan ekonomi di Indonesia sedang kurang stabil. Beberapa faktor, seperti kenaikan harga kebutuhan pokok, kenaikan nilai tukar mata uang, dan tingginya inflasi berkontribusi terhadap sulitnya generasi muda mencari pekerjaan. Kesenjangan sosial antara kaya dan miskin juga memperburuk situasi, karena generasi muda yang kurang beruntung kesulitan membiayai pendidikan tinggi, yang membuka banyak peluang kerja.

Pendidikan yang Tidak Sesuai dengan Kebutuhan Tenaga Kerja

Banyak mahasiswa yang tidak memperoleh pelatihan dan kualifikasi yang cukup di universitas mereka. Sebagai contoh, beberapa program studi kurang terkait dengan lapangan kerja yang tersedia, dan kurikulumnya tidak selaras dengan kebutuhan pasar kerja. Ini membuat generasi muda kesulitan ketika berusaha melamar pekerjaan, meskipun mereka sudah lulus dari universitas.

Keterbatasan Pengalaman Kerja

Banyak pekerjaan memerlukan sejumlah pengalaman kerja sebelum dapat diambil sebagai pekerjaan tetap. Meskipun generasi muda sering mencari cara untuk memperoleh pengalaman kerja, seperti magang atau kerja paruh waktu di samping kuliah, pandemi Covid-19 telah membuat kesulitan yang lebih besar untuk memperoleh pengalaman kerja yang memadai, yang selanjutnya mempengaruhi peluang kerja di masa depan.

Pengetahuan yang Kurang Terkait Pekerjaan

Dalam banyak kasus, generasi muda mungkin tidak sepenuhnya memahami pekerjaan seperti apa yang mereka cari, dan apa yang dipersyaratkan oleh pelamar. Misalnya, dalam kondisi saat ini, banyak pelamar terlalu menuntut dalam hal gaji, sekalipun mereka tidak memiliki kualifikasi yang memenuhi syarat, dan ini membuat kesulitan bagi mereka untuk diterima oleh pemberi kerja. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun