Oleh: Eko WindartoÂ
Turut berdukacita atas meninggalnya Joko PinurboÂ
Berbagai hal yang seharusnya diungkap dalam apresiasi sastra terutama puisi adalah; bisa memahami lebih mendalam bahwa pengarang adalah orang yang cerdas dan cerdik bermain estetika. Pengarang bisa juga sebagai filsuf yang mampu menjelaskan sebuah pemikiran secara gamblang dan mendasar. Dia seorang yang semestinya mampu menerjemahkan kehidupan menjadi cipta sastra (puisi) yang andal. Artinya tidak mudah dimakan zaman.
Bagaimana penguasaan bahasa sastrawan harus mampu memikat pembaca sehingga puisi itu sendiri menarik untuk di dalami maknanya. Apakah pengarang (penyair) belajar secara otodidak atau memang ada cara lain. Dalam hal ini pengapresiasi perlu memahami seberapa jauh penyair mampu menghidupkan kata-kata 'mati' menjadi kata yang hidup alias memiliki roh. Kebebasan penyair menciptakan kata, meramu kata, dan mempermainkan bahasa, akan mendukung kreativitas mereka.
Seberapa jauh penyair memiliki kepekaan terhadap persoalan kehidupan, baik yang menyangkut dunia maupun dunia lain. Dari ini akan lahir wawasan kemanusiaan yang luar biasa dari seorang penyair yang benar-benar ekspresif dan personifikasi seperti Joko Pinurbo. Mari kita telisik salah satu puisinya. Berikut ini puisinya.
Doa Seorang Pesolek
Tuhan yang cantik,
temani aku
yang sedang menyepi
di rimba kosmetik.
Nyalakan lanskap