Mohon tunggu...
Eko Windarto
Eko Windarto Mohon Tunggu... Penulis - Penulis. Esainya pernah termuat di kawaca.com, idestra.com, mbludus.com, javasatu.com, pendidikannasional.id, educasion.co., kliktimes.com dll. Buku antologi Nyiur Melambai, Perjalanan. Pernah juara 1 Cipta Puisi di Singapura 2017, juara esai Kota Batu 2023

esai

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Budaya Sungkeman Dilihat dari Perspektif Kontemporer

12 April 2024   12:47 Diperbarui: 12 April 2024   12:54 874
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Oleh: Eko Windarto 

Budaya sungkeman merupakan salah satu tradisi yang lazim dilakukan oleh masyarakat Indonesia. Sungkeman merujuk pada tindakan membungkukkan badan dalam posisi tubuh yang rendah sebagai bentuk penghormatan. Tradisi ini biasanya dilakukan pada orang yang lebih tua atau memiliki kedudukan yang lebih tinggi dalam lingkungan sosial.

Pada zaman dahulu, budaya sungkeman sangat ditekankan dan dijadikan sebagai budaya yang wajib dilakukan oleh masyarakat. Namun, seiring berkembangnya zaman dan modernisasi yang terus meningkat di Indonesia, budaya ini juga mengalami pergeseran signifikan.

Bagaimana posisi budaya sungkeman dalam perspektif kontemporer? Apakah tradisi ini masih relevan dalam kehidupan sosial masyarakat Indonesia dewasa ini? Apa saja peran dan fungsi sungkeman dalam kehidupan modern?

Penjelasan tentang Budaya Sungkeman

Sebelum membahas sungkeman dalam perspektif kontemporer, kita perlu mengetahui dulu pengertian dan fungsi sungkeman dalam kehidupan masyarakat Indonesia.

Budaya Sungkeman dapat diartikan sebagai upacara atau bentuk penghormatan yang dilakukan seseorang dengan cara membungkukkan badan dalam posisi tubuh yang rendah. Tradisi sungkeman bisa dilakukan kepada orang yang lebih tua, orang yang memiliki kedudukan lebih tinggi, atau orang yang dihormati.

Kegiatan sungkeman ini biasanya dilakukan pada momen-momen tertentu, seperti acara adat, upacara pernikahan, atau acara resmi lainnya. Sungkeman juga menjadi bentuk penghormatan yang ditanamkan saat usia dini dalam keluarga, di mana anak-anak diajarkan untuk menghormati orang yang lebih tua dan memperlihatkan rasa sopan santun.

Cara sungkeman bervariasi di setiap daerah di Indonesia, tergantung dengan tradisi dan kebiasaan masyarakat setempat. Ada yang melakukan sungkeman dengan satu kali membungkuk, ada juga yang melakukan sungkeman berkali-kali hingga tiga kali atau lebih.

Peran Budaya Sungkeman dalam Kehidupan Modern

Sungkeman memainkan peran penting dalam masyarakat Indonesia, tetapi seiring dengan perkembangan zaman dan pengaruh budaya barat, budaya sungkeman mengalami pergeseran fungsi dan makna.

Dalam perspektif kontemporer, budaya sungkeman masih tetap relevan dan berperan sebagai bagian dari warisan budaya yang harus dijaga dan dilestarikan, terutama sebagai bagian dari adat dan upacara resmi.

Namun, di era modern ini, kegiatan sungkeman bisa dilakukan dalam lingkungan keluarga atau di antara teman sebaya sebagai bentuk penghormatan dan rasa persahabatan. Sungkeman juga dapat menjadi sarana untuk mempererat hubungan sosial yang lebih baik di antara warga masyarakat.

Dalam tataran bisnis, budaya sungkeman tetap relevan sebagai bentuk penghormatan dan pengakuan atas prestasi seseorang. Namun, cara penyampaiannya bisa berbeda dengan tradisi pada masa lalu, misalnya dengan cara mengirim kartu ucapan atau mengirim pesan singkat (SMS) kepada penerima penghargaan.

Fungsi dan Peran Budaya Sungkeman dalam Kehidupan Sosial

Budaya sungkeman tidak hanya berperan sebagai bentuk penghormatan dan kebersamaan di lingkungan sosial, tetapi juga memiliki fungsi yang lebih luas. Sungkeman bisa menjadi sarana untuk menjaga nilai kebersamaan dan kekeluargaan, serta mencegah konflik antar sesama.

Sungkeman juga memainkan peran penting untuk mempererat hubungan antara atasan dan bawahan dalam lingkungan pekerjaan. Dalam konteks pemerintahan, sungkeman menjadi bentuk penghargaan dan penghormatan atas kepemimpinan petinggi negara.

Namun, budaya sungkeman juga memiliki beberapa kelemahan dan keterbatasan dalam konteks modern. Misalnya, beberapa orang mungkin merasa sulit untuk melakukan sungkeman jika dihadapkan dengan orang yang memiliki kedudukan lebih tinggi, atau mungkin merasa tidak nyaman dengan tradisi ini.

Sungkeman juga bisa menimbulkan diskriminasi antar sesama, di mana orang yang lebih tua atau memiliki kedudukan lebih tinggi dianggap lebih penting daripada orang yang lain. Oleh karena itu, perlu adanya kesadaran dan keterbukaan dalam memahami budaya sungkeman agar tetap relevan dan harmonis dengan konteks kehidupan masyarakat modern.

Kesimpulan

Budaya sungkeman memainkan peran penting dalam kehidupan masyarakat Indonesia, meskipun dalam konteks modern tradisi ini mengalami perubahan dan pergeseran makna. Sungkeman masih relevan dan penting untuk dijaga dan dilestarikan sebagai bagian dari warisan budaya Indonesia yang kaya dan beragam. Bagaimanapun, budaya sungkeman juga harus dipahami dan dikembangkan agar sesuai dengan tuntutan zaman dan konteks kehidupan masyarakat modern.

Batu, 1242024

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun