Oleh: Eko WindartoÂ
Di sudut halaman taste-bistroku, aku duduk dengan secangkir kopi di depanku yang mulai dingin. Setelah hari yang panjang dan melelahkan, aku merasa bosan dan sendirian. Aku memesan kopi untuk diriku sendiri dengan harapan bisa melegakan hatiku yang hampa selama ini.
Namun, pandanganku terhenti di sudut yang lain dari taste-bistroku. Aku melihat seorang wanita duduk dengan sendirian, menatap keluar jendela dengan tatapan kosong. Dia mengenakan pakaian kasual yang simpel, dan alisnya sedikit berjambul; tapi yang benar-benar mepesonaku adalah senyumnya yang indah.
Aku merasa terkesima saat melihat senyumnya. Seperti sebuah lukisan indah di sudut halaman yang ramai. Kini aku melihat kebahagiaan yang hakiki tersendiri dari senyum seorang wanita.
Wanita itu sepertinya merasakan pandanganku dan aku pun mengalihkan pandanganku. Tetapi aku tidak mampu untuk berhenti berpikir tentang senyum seorang wanita itu. Senyumnya seperti cahaya senja dalam kegelapan malam, yang mampu menerangi hati dan pikiran. Aku tidak tahu siapa dia atau apa yang sedang dia pikirkan, tapi aku mencoba memikirkan bagaimana mengenali dirinya. Aku merasa seperti aku harus mengatakan sesuatu padanya, tapi aku tidak tahu apa yang harus kukatakan.
Keduanya diam, hanya duduk dan menikmati secangkir kopi mereka masing-masing. Aku tidak melihat senyum itu kembali, tapi aku merasa terhibur, bahagia dengan memandang wanita itu.
Senja itu, aku keluar dari taste-bistroku dengan rasa bangga di dalam diri - bahwasanya aku telah melewati pengalaman yang tidak biasa dengan indah. Meskipun aku tidak berbicara dengan wanita itu, senyumnya telah menerangi jiwaku. Begitu banyak hal dapat terjadi dalam percikan detik, termasuk terinspirasi oleh senyum seorang wanita yang indah. Fond memory that forever etched in my heart.
Senyum wanita yang indah tersebut memberikan kesan yang mendalam bagiku. "Senyumnya seperti cahaya senja dalam kegelapan malam, yang mampu menerangi hati dan pikiran," bahwa senyum itu memberikan tekanan pada kesan yang menyenangkan, damai dan tentram bagiku. Senyum wanita itu mampu menyejukkan dan membuatku merasa bahagia, meskipun aku sama sekali tidak mengenal wanita tersebut. Senyum itu diibaratkan seperti lukisan indah di sudut bistro yang mampu memikat pandangan dan menenangkan jiwaku yang sedang tidak tenang.
Memang senyum wanita itu terlihat sangat menenangkan dan mampu memberikan rasa damai dan kebahagiaan bagiku. Mungkin ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi keindahan senyum tersebut, seperti bentuk bibir yang harmonis, pemilihan warna lipstik atau cara ia mengekspresikan senyumnya. Namun, pada intinya, senyum itu memberikan kesan yang sangat indah, dan aku terkesan oleh senyum yang memancarkan kebaikan dan kedamaian.
Wanita tersebut terlihat tenang dan introvert. Ia duduk di sudut dengan sendirian dan menatap keluar jendela dengan tatapan kosong, yang menunjukkan bahwa ia mungkin mengalami kesedihan atau kegelisahan tertentu.
Meskipun ia terlihat dalam keadaan introspektif, namun senyumnya sangat menonjol dan membuat kesan yang dalam bagiku. Senyumnya terlihat sangat indah, dan memberikan kesan yang mendalam.