Oleh: Eko Windarto
Bulan Ramadan adalah bulan suci dalam agama Islam, di mana umat Muslim berpuasa selama satu bulan penuh. Penentuan awal bulan Ramadan menjadi penting, karena menentukan kapan umat Muslim mulai menunaikan ibadah puasa. Ada dua metode untuk menentukan awal bulan Ramadan yaitu Hisab dan Ru'yah. Kedua metode ini memiliki prinsip yang berbeda, namun keduanya dianggap sah dalam mazhab Islam.
METODE HISAB
Metode hisab berdasarkan perhitungan astronomi untuk menentukan awal bulan Ramadan. Hisab digunakan untuk menentukan jadwal waktu awal dan akhir puasa serta waktu berbuka puasa. Pada dasarnya, hisab dilakukan dengan menghitung gerakan bulan dan matahari dalam sistem tata surya. Metode hisab ini digunakan di banyak negara di seluruh dunia, termasuk Saudi Arabia.
Metode hisab ini menggunakan pengukuran dari posisi bulan dan matahari untuk menentukan waktu awal bulan Ramadhan. Algoritma hisab secara lengkap akan mempertimbangkan rotasi bumi dan gerakan bulan dalam kaitannya dengan posisi matahari. Dalam beberapa kesempatan, metode hisab ini dapat membuat awal dan akhir bulan puasa dengan ketepatan waktu dan saat ini sistem hisab yang populer digunakan adalah metode Ummul Qura.
Namun, ada beberapa kelemahan dalam metode hisab. Salah satu kelemahannya adalah ketidakpastian dalam perhitungan astronomi. Selain itu, perbedaan panjang bulan di seluruh dunia juga dapat memengaruhi ketepatan penentuan awal bulan Ramadan.
METODE RU'YAH
Metode Ru'yah melibatkan pengamatan langsung bulan oleh manusia. Pengamatan ini dilakukan oleh para ahli astronomi atau tokoh agama Islam yang memiliki pengetahuan tentang gerakan bulan dan bintang. Metode ini memerlukan kondisi cuaca yang ideal, karena pengamatan bulan harus dilakukan saat terbit dan terbenamnya matahari.
Metode ini memerlukan lima syarat, yaitu ahli ru'yah harus beragama Islam, memiliki kemampuan untuk mengamati bulan, kredibel dalam masyarakat, tidak memiliki masalah kejiwaan, dan melapor ke pemerintah untuk dipresisasikan.
Ketepatan dalam metode ru'yah tergantung pada kemampuan pengamat. Keadaan cuaca dan posisi bulan dapat memengaruhi kemampuan orang untuk melihat bulan. Hal ini dapat mengakibatkan perbedaan dalam penentuan awal bulan Ramadan antara wilayah yang satu dengan wilayah yang lain.
Pada bulan Ramadan 2024, Saudi Arabia kemungkinan akan menggunakan metode Ru'yah untuk menentukan awal bulan Ramadan. Namun, keputusan akhir akan diumumkan setelah pengamatan secara langsung oleh para ahli astronomi pada malam pengamatan.