Mohon tunggu...
Eko Windarto
Eko Windarto Mohon Tunggu... Penulis - Penulis. Esainya pernah termuat di kawaca.com, idestra.com, mbludus.com, javasatu.com, pendidikannasional.id, educasion.co., kliktimes.com dll. Buku antologi Nyiur Melambai, Perjalanan. Pernah juara 1 Cipta Puisi di Singapura 2017, juara esai Kota Batu 2023
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

esai

Selanjutnya

Tutup

Cerbung

Sebuah Pesan dalam Menghargai Setiap Momen 1

4 Maret 2024   09:49 Diperbarui: 4 Maret 2024   09:56 79
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerbung. Sumber ilustrasi: pixabay.com/Yuri B

Oleh: Eko Windarto

Pada suatu malam yang gelap dan sunyi, petugas keamanan bernama Yanto duduk di kursi pengawasnya di pintu gerbang pabrik menuju petro-kimia, yang merupakan produsen utama produk kimia di daerah itu. Yanto memandangi jam tangannya dan merasa bosan. Namun tiba-tiba, ia melihat sebuah mobil berhenti di depan gerbang, sesuatu yang tidak biasa pada malam sepi seperti ini. Setelah meminta pengemudi memberikan izin, layaknya prosedur, Yanto melihat ada muatan di dalamnya yang tidak biasa. Ada dua pasang koper besar yang sangat berat.

Yanto membuka pintu mobil dan melihat apa yang ada di dalam koper. Namun, dia sangat terkejut melihat ada manusia yang terbaring di dalam koper tersebut, sudah tidak bernyawa. Yanto adalah orang yang berpengalaman dalam menjaga pabrik ini, dan baru kali ini dia melihat sesuatu seperti ini. Dia merasa takut dan terkejut melihat mayat di dalam koper itu. Dia segera memberitahu manajemen pabrik dan polisi tentang temuan itu.

Polisi melakukan penyelidikan dan menemukan bahwa mayat yang ditemukan di dalam koper adalah seorang wartawan terkenal yang melakukan penyelidikan atas kejahatan korporasi yang dilakukan oleh perusahaan yang berlokasi di pabrik tersebut. Yanto tidak menyangka bahwa pabrik tempat ia bekerja sehari-hari ternyata terlibat dalam tindak pidana. Karena membantu polisi dalam penyelidikan, Yanto memperoleh penghargaan dari pihak berwenang.

Namun, di kemudian hari, Yanto menemukan kebenaran yang mengejutkan. Ternyata, yang membunuh wartawan tersebut adalah teman baiknya sendiri, yaitu Erwin. Ia dibayar oleh perusahaan untuk membunuh wartawan yang mempublikasikan kegiatan buruk perusahaan tersebut dan untuk melindungi kepentingan mereka. Yanto sendiri kini harus memilih antara menjaga hubungan persahabatannya atau mengungkap kebenaran kepada polisi.

Saat Yanto menemukan kebenaran bahwa teman baiknya Erwin yang membunuh wartawan, ada begitu banyak pertanyaan yang muncul dalam pikiran Yanto. Sebelumnya, Erwin adalah seseorang yang percaya diri, memiliki sifat yang mudah bergaul dan selalu membantu orang lain. Yanto memiliki kepercayaan yang besar terhadap Erwin sebagai teman baiknya. Informasi yang dilaporkan oleh polisi membuat Yanto merasa semakin bingung.

Yanto menyadari bahwa sesuatu yang buruk mungkin terjadi pada Erwin setelah ia melakukan kejahatan. Dan benar saja, selama beberapa hari kemudian, Erwin meninggalkan sejumlah pesan kepada Yanto dan mengakui perbuatannya yang membunuh wartawan tersebut. Erwin menjelaskan kepada Yanto bahwa ia telah menerima uang untuk melakukan itu dan mengungkapkan rasa yang dalam penyesalannya terhadap tindakan yang telah ia lakukan.

Yanto merasa terpukul dengan pengakuan tersebut. Ia merasa sangat kesal bahwa dia mempercayai Erwin sebelumnya begitu saja sebagai teman baiknya. Namun, seiring waktu berjalan, Yanto menjadi menyadari satu hal. Erwin sendiri bukanlah korban dari situasi itu, melainkan memiliki peran besar dalam kejahatan yang dilakukan. Erwin tidak hanya membunuh wartawan tersebut, tapi ia juga sangat cerdik dalam cara ia menyembunyikan bukti dan mengemasnya sebagai kecelakaan. Yanto merasa sangat kecewa dan terkejut bahwa ternyata orang yang sangat dipercayainya, merupakan pelaku dari kejahatan tersebut.

Bersambung....

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun