Pertemuan tak terduga itu mengubah hidupku selamanya. Aku, seorang anak dari keluarga kaya yang hidup dengan segala kemewahan, merasa terkekang dan tidak bebas oleh perjodohan yang dipaksakan orangtuaku kepadaku.Â
Aku harus menikahi pria yang sangat tidak kusukai, hanya untuk memuaskan ego dan ambisi mereka.
Aku tahu aku harus kabur, meninggalkan segala yang kumiliki, dan mencari kebebasan yang selama ini kudambakan. Tanpa ragu, aku berangkat pada malam itu dan tidak membawa apa-apa, hanya baju yang kumakai di badanku.
Saat itu aku merasa sangat terancam dan takut karena tak tahu harus kemana. Namun, Tuhan ternyata mempertemukan aku dengan pria yang menyelamatkan hidupku dan membuat aku jatuh cinta padanya. Dia adalah seorang pemuda tampan penjual es keliling dan kami bertemu secara kebetulan.
Dia membantuku menemukan tempat berteduh dan memberikanku makan. Dia sangat baik dan perhatian, membuatku merasa nyaman dan aman. Kami mulai berbicara dan berbagi cerita tentang kehidupan kami. Seiring berjalannya waktu, rasa cinta mulai tumbuh di hatiku.
Namun, hidup ini bukan dunia dongeng dan aku harus menghadapi kenyataan bahwa aku berasal dari keluarga yang berbeda dan memiliki perbedaan sosial yang besar dari pemuda itu. Aku merasa sulit menerima fakta ini karena rasa cinta kuat pada pemuda itu semakin bertumbuh dan sulit kuhilangkan.
Aku juga khawatir karena akan segera dilakukan pencarian orangtuaku. Namun, pemuda itu berkata bahwa dia siap membantuku dan memproteksi supaya aku tidak ditangkap. Dia bahkan bersedia membantuku kabur ke luar kota hingga situasi menjadi tenang.
Akhirnya, aku merelakan orangtuaku dan segala kemewahan untuk hidup bersama pemuda itu, sederhana tapi bahagia. Kami bekerja sama di dalam usaha menjual es keliling. Walaupun hidup sederhana, aku merasa senang dan tahu bahwa cinta kita mampu menembus perbedaan sosial.
Kisah cinta kami adalah bukti kuat bahwa apa pun keadaannya, cinta tidak mengenal batas dan perbedaan. Jika cinta kita tulus, maka apapun yang terjadi, kita akan selalu bahagia bersama dan mampu melewati segala rintangan.
Setelah beberapa waktu berlalu, aku dan pemuda itu memutuskan untuk menikah pada akhirnya. Meskipun keluargaku sangat kecewa dan enggan memaafkan, kami tetap percaya pada cinta kami dan hidup bersama sederhana tapi bahagia.
Kami menjadi semakin akrab dan saling memahami, saling menerima kekurangan dan kelebihan masing-masing. Kami saling mendukung dalam usaha jualan es keliling dan pekerjaan lain yang membantu kami bertahan hidup.