Mohon tunggu...
Eko Windarto
Eko Windarto Mohon Tunggu... Penulis - Penulis. Esainya pernah termuat di kawaca.com, idestra.com, mbludus.com, javasatu.com, pendidikannasional.id, educasion.co., kliktimes.com dll. Buku antologi Nyiur Melambai, Perjalanan. Pernah juara 1 Cipta Puisi di Singapura 2017, juara esai Kota Batu 2023
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

esai

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Dialog

31 Januari 2024   05:00 Diperbarui: 31 Januari 2024   05:08 96
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Oleh: Eko Windarto

Dialog merupakan sebuah percakapan antara dua orang atau lebih yang dapat membawa dampak positif maupun negatif. Saat kita berbicara dengan orang lain, kita harus memperhatikan cara berbicara dan konteks yang kita gunakan. Namun, di balik itu kita juga perlu merenungkan bagaimana cara berdialog yang baik dan santun agar tidak melukai perasaan orang lain.

Perenungan tentang dialog juga bisa membawa kita pada sebuah kesimpulan bahwa berdialog dapat mempengaruhi pola pikir dan tindakan seseorang. Kita perlu memahami bahwa setiap orang memiliki pandangan, nilai, dan tujuan hidup yang berbeda-beda. Oleh karena itu, kita harus menghargai perbedaan tersebut dan belajar untuk mendengarkan pendapat orang lain tanpa menghakimi.

Dalam dialog yang baik, kita harus mampu mengendalikan emosi, menghargai keberagaman, dan mencari solusi yang terbaik untuk mengatasi permasalahan. Terkadang, perenungan tentang dialog menjadi sebuah kesadaran untuk memperbaiki cara berbicara dan meningkatkan cara kita berinteraksi dengan orang lain.

Mengendalikan emosi dalam dialog adalah sangat penting karena jika tidak maka percakapan bisa menjadi tidak efektif dan bahkan bisa berujung pada pertengkaran. Berikut adalah beberapa cara untuk mengendalikan emosi saat berdialog:

Dengarkan dengan baik.

Luangkan waktu untuk benar-benar mendengarkan orang lain tanpa mengganggu dan mencoba untuk memahami apa yang sedang mereka katakan. Hal ini dapat membantu mengurangi kemungkinan terjadinya ketidaksepakatan dan menghindari membuat keputusan dengan gegabah.

Pahami suasana hati Anda.

Gunakan perenungan diri untuk mengetahui perasaan dan emosi yang tengah Anda rasakan saat berdialog. Apakah Anda merasa gugup, marah, atau kecewa? Ketika kita dapat memahami emosi kita, kita dapat mengambil tindakan untuk menenangkan diri dan menghindari mengeluarkan emosi yang tidak diperlukan.

Gunakan teknik pernapasan.

Jika kita merasa emosi mulai meningkat, cobalah untuk mengambil napas dalam-dalam dan hitung hingga empat, tahan napas selama empat detik, dan hembuskan napas selama empat detik. Teknik ini dapat membantu menenangkan pikiran dan emosi kita agar kita dapat berpikir jernih dalam percakapan.

Gunakan kalimat yang positif.

Cobalah untuk menggunakan kalimat yang positif dan tidak mengutuk saat berbicara dengan orang lain. Menggunakan kata-kata yang tidak sopan atau emosi yang tidak terkontrol dapat membuat situasi menjadi lebih buruk. Oleh karena itu, cobalah menghindari kata-kata yang menyerang dan gunakan kalimat-kalimat yang lebih positif dan santun.

Mengendalikan emosi dalam dialog membutuhkan latihan dan disiplin diri. Saat kita berhasil mengendalikan emosi kita dengan baik, kita dapat menjadi lebih produktif dalam percakapan dan dapat membangun hubungan yang lebih baik dengan orang lain.

Dialog juga bisa menjadi inspirasi yang luar biasa untuk menulis. Saat kita mendengarkan orang berbicara, ada banyak hal yang bisa kita tangkap - gaya bicara mereka, ekspresi wajah mereka, intonasi suara mereka - semuanya bisa menjadi bahan tulisan yang menarik dan mendalam. Selain itu, dialog juga bisa membantu mengembangkan karakter dalam cerita atau membuat plot lebih menarik. Jadi, ide-ide menulis dapat berasal dari dialog!

Tak berlebihan, jika dialog yang sehat dalam artian saling mengisi, menghormati membuat rasa dan mata batin kita semakin terasah, semakin tajam dalam mengolah kata serta menggalinya menjadi diksi yang luar biasa di dalam sebuah tulisan.

Sekarputih, 29. 12. 2023

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun