Mohon tunggu...
Eko Windarto
Eko Windarto Mohon Tunggu... Penulis - Penulis. Esainya pernah termuat di kawaca.com, idestra.com, mbludus.com, javasatu.com, pendidikannasional.id, educasion.co., kliktimes.com dll. Buku antologi Nyiur Melambai, Perjalanan. Pernah juara 1 Cipta Puisi di Singapura 2017, juara esai Kota Batu 2023
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

esai

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Mampukah Kita Berkaca?

29 Januari 2024   11:44 Diperbarui: 29 Januari 2024   12:01 75
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Oleh: Eko Windarto

Kalau kita berkaca pada PERAIH NOBEL SASTRA 2020, maka perlu kita renungkan bagaimana Louise Gluck sang peraih Nobel tersebut bergumul dengan kesedihan dan kesendiriannya, lalu Ia eksplorasi ke dalam kehidupan dan berhasil menempatkan eksistensi individu ke ranah yang universal.

Louise Gluck adalah seorang guru besar bahasa Inggris di Yale University, yang hanya menulis belasan buku kumpulan puisi dan esai yang berkaitan dengan perpuisian. Puisinya banyak mengangkat tema pengalaman kehidupannya yang traumatis. Karyanya banyak mengeksplorasi tema trauma dan rasa kehilangan beserta harapannya. Bahkan tema sedih itu disampaikan dengan bahasa apa adanya tanpa diksi berlebihan.

Mungkinkah kita bisa mengolah tema yang sederhana bisa berhasil mengangkat persoalan hidup harian menjadi pengalaman yang universal, sekaligus menjadi representasi kehidupan yang dirasakan oleh banyak manusia dan bisa menjadi jalan keluar atas permasalahan hidup tersebut? Pasti bisa kalau kita bersungguh-sungguh dalam merasakan, mengolah pengalaman hidup menjadi solusi dan sesuatu yang berharga bagi kehidupan manusia di sekelilingnya, bahkan di dunia.

Sebagai seorang penyair, Gluck mencoba mengekspresikan pengalamannya dalam puisi sehingga dapat dirasakan secara emosional. Melalui puisinya, ia menghadirkan gambaran dari akal dan batinnya, sehingga para pembacanya dapat membayangkan pengalaman yang sama dan merasakan apa yang ia rasakan.

Dalam puisi Nobel miliknya yang terkenal, berjudul "The Wild Iris", Gluck memperlihatkan ketakutan dan rasa sakit yang dalam yang seringkali dianggap negatif sebagai sesuatu yang seharusnya ditolak. Ia juga mencoba untuk mengekspresikan bahwa dalam kesengsaraan dan kesedihan yang begitu mendalam, ia masih bisa memetik keindahan yang tersembunyi dalam situasi tersebut.

Bahkan pada saat ketika dirinya merasa hancur dan rapuh, Gluck melihat sebuah keajaiban yang tersembunyi dalam alam, sehingga ia bisa memberi arti pada dirinya sendiri dan hidupnya. Melalui puisi-puisinya, Gluck mengajarkan pembaca tentang pengalaman manusia yang paling intim dan sulit dalam kehidupan.

Louise Gluck dikenal karena kemampuannya untuk menggambarkan perasaan manusia dengan cara yang sangat puitis dan tajam. Puisinya memiliki kekuatan untuk membangkitkan emosi dan membawa pembaca ke dalam pengalaman yang sangat mendalam dan intim. Gluck juga sangat ahli dalam mempertajam makna dengan kata-kata yang sederhana namun sangat efektif. Itulah mengapa banyak orang mengagumi karya-karya puisinya yang begitu memukau.

Puisi Louise Gluck  "The Wild Iris":

At the end of my suffering there was a door.

Hear me out: that which you call death I remember.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun