Mohon tunggu...
Eko Windarto
Eko Windarto Mohon Tunggu... Penulis - Penulis. Esainya pernah termuat di kawaca.com, idestra.com, mbludus.com, javasatu.com, pendidikannasional.id, educasion.co., kliktimes.com dll. Buku antologi Nyiur Melambai, Perjalanan. Pernah juara 1 Cipta Puisi di Singapura 2017, juara esai Kota Batu 2023
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

esai

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Penyair Bercinta Dengan Kata

22 Januari 2024   17:12 Diperbarui: 22 Januari 2024   17:14 99
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Oleh: Eko Windarto

Seorang penyair menatap kosong pada layar kosongnya. Dia tahu lagi-lagi harus menulis, menumpahkan semua perasaannya ke lembaran kosong tersebut. Namun, bagaimana cara dia menggambarkan perasaannya yang begitu kompleks ke dalam sebuah bentuk yang hanya terdiri dari satu kata, satu kalimat, atau satu paragraf?

Dia menatap jendela dan mencoba mencari inspirasi dari pemandangan luar sana. Angin berhembus pelan dan daun-daun di luar bergelayut di dahan pohon. Dia membiarkan perasaannya bercampur-aduk sampai dia merasa terkoyak dan tak bernyawa, lalu dia menarik diri dan merapikan fikirannya. Sebuah ide muncul dari keheningan yang mengelilinginya. Dia mulai menulis, dengan setiap ketukan jarinya pada keyboard, ia mengekspresikan perasaannya melalui kata-kata.

Hari demi hari berlalu, dan dia semakin memahami bahwa kata-kata adalah kekasihnya, ia mencintai mereka dengan segala sesuatunya. Kata-kata bisa membawanya ke dalam sebuah dunia yang indah dan penuh kisah, dan mereka selalu ada di sana untuknya ketika tidak ada orang lain. Dia bahagia dengan dunia ini, di mana dia bisa bercinta dengan kata-kata dan mengekspresikan semua perasaannya dengan satu kata atau satu kalimat.

Dia menyelesaikan karya terbarunya, sebuah puisi yang terinspirasi oleh cinta yang tak terucapkan. Dia suka memilih kata-kata dengan hati-hati, menyusunnya satu per satu untuk menciptakan karya seni yang mengalir indah. Dia seperti orang jatuh cinta pada kata-kata dan segala makna yang tersirat di dalamnya.

Baginya, kata-kata adalah benda indah yang dapat mengekspresikan emosi dan pikiran. Dia mencintai cara kata-kata terdengar ketika diucapkan, bagaimana mereka bergerak melewati bibir dan memenuhi telinga pendengar, hingga merasuk ke dalam rasa.

Dia mengabdikan hidupnya pada pencarian kata-kata sempurna yang merangkul perasaan dan menggambarkan pemandangan. Ia merenungkan kata-kata, menggigit-gigit bibirnya, memutar subyek dan predikat sampai ia menemukan susunan yang ideal.

Dia terus menulis, menguraikan curahan hatinya ke dalam puisi, meluapkan isi hatinya. Dia terus menulis dan menulis hingga ia menemukan kata-kata yang mencerminkan perasaannya yang jauh.

Dia bahkan tidak bisa membayangkan hidup tanpa kata-kata, sama seperti tidak bisa membayangkan hidup tanpa cinta. Ia tahu bahwa cinta adalah pelengkap dari tulisan-tulisannya, dan kata-kata adalah kekasih terbaiknya.

Sekar Putih, 21122023

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun