Oleh: Eko Windarto
Seorang penyair menatap kosong pada layar kosongnya. Dia tahu lagi-lagi harus menulis, menumpahkan semua perasaannya ke lembaran kosong tersebut. Namun, bagaimana cara dia menggambarkan perasaannya yang begitu kompleks ke dalam sebuah bentuk yang hanya terdiri dari satu kata, satu kalimat, atau satu paragraf?
Dia menatap jendela dan mencoba mencari inspirasi dari pemandangan luar sana. Angin berhembus pelan dan daun-daun di luar bergelayut di dahan pohon. Dia membiarkan perasaannya bercampur-aduk sampai dia merasa terkoyak dan tak bernyawa, lalu dia menarik diri dan merapikan fikirannya. Sebuah ide muncul dari keheningan yang mengelilinginya. Dia mulai menulis, dengan setiap ketukan jarinya pada keyboard, ia mengekspresikan perasaannya melalui kata-kata.
Hari demi hari berlalu, dan dia semakin memahami bahwa kata-kata adalah kekasihnya, ia mencintai mereka dengan segala sesuatunya. Kata-kata bisa membawanya ke dalam sebuah dunia yang indah dan penuh kisah, dan mereka selalu ada di sana untuknya ketika tidak ada orang lain. Dia bahagia dengan dunia ini, di mana dia bisa bercinta dengan kata-kata dan mengekspresikan semua perasaannya dengan satu kata atau satu kalimat.
Dia menyelesaikan karya terbarunya, sebuah puisi yang terinspirasi oleh cinta yang tak terucapkan. Dia suka memilih kata-kata dengan hati-hati, menyusunnya satu per satu untuk menciptakan karya seni yang mengalir indah. Dia seperti orang jatuh cinta pada kata-kata dan segala makna yang tersirat di dalamnya.
Baginya, kata-kata adalah benda indah yang dapat mengekspresikan emosi dan pikiran. Dia mencintai cara kata-kata terdengar ketika diucapkan, bagaimana mereka bergerak melewati bibir dan memenuhi telinga pendengar, hingga merasuk ke dalam rasa.
Dia mengabdikan hidupnya pada pencarian kata-kata sempurna yang merangkul perasaan dan menggambarkan pemandangan. Ia merenungkan kata-kata, menggigit-gigit bibirnya, memutar subyek dan predikat sampai ia menemukan susunan yang ideal.
Dia terus menulis, menguraikan curahan hatinya ke dalam puisi, meluapkan isi hatinya. Dia terus menulis dan menulis hingga ia menemukan kata-kata yang mencerminkan perasaannya yang jauh.
Dia bahkan tidak bisa membayangkan hidup tanpa kata-kata, sama seperti tidak bisa membayangkan hidup tanpa cinta. Ia tahu bahwa cinta adalah pelengkap dari tulisan-tulisannya, dan kata-kata adalah kekasih terbaiknya.
Sekar Putih, 21122023
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H