Karya: Eko Windarto
Sebagai pertanyaan retoris yang bertujuan untuk merujuk pada kecenderungan sejarah bahwa pemimpin sering kali menindas rakyat yang seharusnya mereka layani dan representasikan. Namun di sisi lain, pertanyaan ini juga mengungkapkan harapan kita bahwa suatu saat nanti akan ada pemimpin yang mengutamakan kepentingan rakyatnya dan tidak menindas mereka.
Dalam sejarah, ada sedikit pemimpin yang benar-benar memperlakukan rakyatnya dengan baik dan terhindar dari menindas batin rakyatnya. Salah satu pemimpin tersebut adalah Bung Karno, presiden pertama Republik Indonesia. Sebagai pendiri negara Indonesia, Bung Karno memiliki visi dan misi untuk membebaskan rakyat Indonesia dari penjajahan dan memberikan kesetaraan bagi seluruh rakyat.Â
Dia memimpin pergerakan nasional yang mendorong kemerdekaan Indonesia dan mendukung kemerdekaan negara-negara Asia dan Afrika. Namun, meskipun Bung Karno dihormati oleh banyak orang dan dianggap sebagai pahlawan nasional, ia juga membuat beberapa keputusan yang kontroversial dan dianggap menindas batin rakyatnya sendiri.
Bung Karno adalah contoh bahwa tidak ada pemimpin yang benar-benar sempurna. Namun, ada beberapa tindakan yang pemimpin dapat lakukan untuk meredakan kekhawatiran bahwa mereka mungkin menindas rakyatnya sendiri. Pertama, pemimpin harus bersedia untuk mendengarkan aspirasi dan kebutuhan rakyatnya, dan memperjuangkan kepentingan rakyat sebagai prioritas tertinggi. Kedua, pemimpin harus memastikan bahwa semua kebijakan yang dibuat untuk kesejahteraan rakyat, bukan hanya untuk kepentingan pribadi atau kelompok kepentingan tertentu. Ketiga, pemimpin harus membangun ikatan yang kuat dengan rakyatnya, dengan memberikan akses dan partisipasi yang terbuka di tingkat masyarakat.
Namun, pada kenyataannya, banyak pemimpin yang cenderung menindas rakyatnya. Hal yang membuat pemimpin menjadi seperti itu bervariasi tergantung pada situasi yang berbeda, tetapi beberapa faktor umum meliputi: ketidakmampuan untuk memberikan layanan publik yang memadai, korupsi, hambatan politik, tekanan dari kekuatan asing, dan/atau kurangnya keterbukaan dan akuntabilitas dalam sistem politik.
Oleh karena itu, penting bagi kita untuk memilih pemimpin yang mementingkan rakyatnya, sehingga kita dapat meminimalkan risiko menindas batin rakyat dalam pemerintahan. Pemilih harus terlebih dahulu mengetahui program atau kebijakan kandidat dan memeriksa apakah penghasilan dan pengeluaran kandidat konsisten dengan program dan kebijakan yang diusung. Pemilih juga harus membaca dan memeriksa catatan kandidat tentang kebenaran dan integritas.
Kita juga harus mempercepat upaya untuk memperbaiki tatanan politik, memperkuat lembaga dan kultur demokrasi, dan menghindari pengulangan kesalahan masa lalu. Pemimpin harus menghargai setiap suara pemilih dan menjunjung tinggi kedaulatan rakyat. Demokrasi harus menjadi dasar bagi setiap kebijakan serta kepentingan rakyat harus selalu menjadi prioritas utama.
Pertanyaannya "kapan ada pemimpin bangsa yang tidak menindas batin rakyatnya sendiri?" Apakah secara harfiah, ia merujuk pada kecenderungan sejarah bahwa pemimpin sering kali menindas rakyat yang seharusnya mereka layani dan representasikan? Atau  sebaliknya, ini juga menjadi cerminan harapan kita bahwa suatu saat nanti akan ada pemimpin yang mengutamakan kepentingan rakyatnya? Semua pertanyaan-pertanyaan itu kembali pada para pemilih melakukan seleksi dan evaluasi kandidat dengan lebih baik dan upaya untuk memperbaiki kultur dan lembaga demokrasi.
Sekar Putih, 18122023
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H