Mohon tunggu...
Eko Windarto
Eko Windarto Mohon Tunggu... Penulis - Penulis. Esainya pernah termuat di kawaca.com, idestra.com, mbludus.com, javasatu.com, pendidikannasional.id, educasion.co., kliktimes.com dll. Buku antologi Nyiur Melambai, Perjalanan. Pernah juara 1 Cipta Puisi di Singapura 2017, juara esai Kota Batu 2023

esai

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Dalam Membaca "Hujan" di Antara Perjalanan Dua Penyair

17 Januari 2024   04:53 Diperbarui: 17 Januari 2024   05:03 127
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Fiksiana. Sumber ilustrasi: PEXELS/Dzenina Lukac

Oleh: Eko Windarto

Bagi seorang penyair suasana hujan bisa menjadi kaca pembesar untuk meneropong hujan di luar rumahnya. Hal yang terlihat kecil bisa menjadi besar di tangan penyair Agung Pranoto. Mari kita telusuri puisinya seperti di bawah ini.

MEMBACA HUJAN

Oleh: Agung Pranoto

Hujan bukanlah kebencian pada matahari
namun kesetiaan pada musim semi
atau satu cara mengatur matarantai

Hujan serupa burung di negeri satwa
atau laksana kanak-kanak
memainkan tradisi lama
saat bulan purnama

Hujan serupa senyum petani
saat tanam tiba
atau seperti binar sesiapa
saat berasmaragama

Hujan menyempurnakan pertumbuhan semesta
yang mengalirkan darah-darah pujangga

Surabaya, 1 Februari 2017

Rupanya sang penyair sengaja memakai bahasa sederhana, meski isinya tak sesederhana yang kita bayangkan. Sangat terlihat ia memberi ruang bagi pembaca untuk membuka atau membedah isi yang demikian inten dalam diksi-diksinya bila dikaitkan dengan hujan yang bisa mengembangkan metafora- metaforanya.

Coba kita bayangkan / hujan bukanlah kebencian pada matahari/ namun kesetiaan pada musim semi/ atau satu cara mengatur matarantai/. Jelas di situ penyair mencoba menggambarkan keseimbangan alam semesta. Semua itu adalah matarantai kejadian alam demi untuk memenuhi kebutuhan bagi kehidupan manusia, tumbuhan, hewan-hewan dll.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun