Mohon tunggu...
Eko Windarto
Eko Windarto Mohon Tunggu... Penulis - Penulis. Esainya pernah termuat di kawaca.com, idestra.com, mbludus.com, javasatu.com, pendidikannasional.id, educasion.co., kliktimes.com dll. Buku antologi Nyiur Melambai, Perjalanan. Pernah juara 1 Cipta Puisi di Singapura 2017, juara esai Kota Batu 2023

esai

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

'Mimpi: Antara Fantasi dan Realita' oleh: Eko Windarto

13 Januari 2024   06:54 Diperbarui: 13 Januari 2024   06:57 261
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Lyfe. Sumber ilustrasi: FREEPIK/8photo

Mimpi adalah salah satu bagian dari kegiatan tidur yang memunculkan serangkaian gambaran dan pengalaman dalam pikiran kita. Ada banyak sekali interpretasi tentang mimpi di antara budaya-budaya di seluruh dunia. Mimpi dapat menjadi sumber inspirasi bagi siapa saja bahkan dalam keseharian.

Namun, ketika kita membicarakan mimpi, kita juga mengacu pada konotasi tentang keinginan atau harapan yang belum tercapai di dunia nyata dan bisa menjadi sebuah fantasi yang diidamkan untuk direalisasikan. Melalui mimpi, kadang kita menjadi lebih kreatif dan inovatif dalam mencapai tujuan hidup. Tapi di sisi lain, mimpi juga bisa menjadi sesuatu yang menyesatkan karena berlebihan dan tidak mewakili realitas yang sebenarnya.

Antara sedih, bahagia, manis, pahit, dan juga membingungkan, mimpi sering kali terjadi benar-benar tanpa keluar dari pikiran kita. Pikiran yang tenang sebelum tidur di malam hari bis menimbulkan gambar-gambar yang sangat indah, tetapi mimpi juga dapat menjadi mimpi buruk, yang membuat kita begitu takut ketika terbangun di pagi hari.

Dalam kenyataan, kita sering merasa terpukau oleh mimpi tapi ketika harus kembali ke dunia nyata, terkadang kami merasa tidak bisa melakukan apa yang ada di mimpi kita. Kita mungkin tidak bisa membeli rumah bergaya modern seperti di dalam mimpi, atau menjadi kaya raya secara instan. Kita harus menyadari bahwa kadang-kadang ada batasan-batasan pada mimpi kita. Mimpi harus dijadikan sebagai motivasi untuk mencapai tujuan sejati dan memanfaatkan setiap sumber daya yang kita miliki.

Namun, kita tidak boleh melupakan bahwa mimpi juga bisa menjadi jendela ke dalam jiwa kita dan menunjukkan apa yang sebenarnya kita inginkan. Dalam mimpi, kita bisa melampaui batasan-batasan yang kita terima di dunia nyata dan menjelajahi batas-batas keterbatasan diri. Oleh karena itu, mimpi bisa menjadi sebuah sarana pengembangan diri untuk kita sendiri.

Bagi banyak orang, mimpi dapat menjadi cerminan yang membuat kita melihat visi dan harapan ke masa depan. Kita tidak boleh menutup mata dan meremehkan ketinggian yang mampu dicapai sebagai hasil dari mimpi kita, namun juga tidak boleh melupakan bahwa mimpi ini harus diwujudkan dalam kehidupan nyata kita.

Mimpi dapat menjadi antara fantasi dan realita, di satu sisi mimpi adalah sesuatu yang membuat kita tinggal dalam 'dunia' yang belum terwujud, tetapi juga dapat menjadi sebuah inspirasi untuk mencapai tujuan kita yang sejati. Kita harus mengenali batasan-batasan dalam mimpi kita dan memfasilitasi diri kita dengan sumber daya untuk mencapainya. Kita harus memahami, bahwa dalam mimpi kita, diri kita yang sebenarnya tercermin dan dengan demikian mimpi adalah cerminan diri kita.

Antara Mimpi dan Psikologi Manusia

Tentu saja! Ada banyak hubungan antara mimpi dan psikologi manusia. Dalam psikologi, mimpi dianggap sebagai salah satu cara tubuh manusia untuk memproses informasi dan emosi yang diterima selama siang hari.

Ketika kita tidur, otak kita masih aktif dan bekerja keras untuk memproses informasi yang diterima dan menyimpannya dalam memori jangka panjang kita. Mimpi merupakan salah satu cara di mana otak memproses informasi dan emosi tersebut dengan membuat gambaran dan pengalaman yang terkadang dapat membingungkan. Mimpi juga dapat mengungkapkan kekhawatiran dan kecemasan yang mungkin kita alami di kehidupan sehari-hari.

Dalam psikoanalisis, seperti yang dikembangkan oleh Sigmund Freud, mimpi dianggap sebagai representasi dari keinginan atau impuls yang tidak dapat dipenuhi di dunia nyata. Karena keinginan atau impul tersebut tidak dapat dipenuhi, maka otak menciptakan mimpi sebagai jalan untuk memproses impuls tersebut dan mengurangi ketegangan atau konflik dalam pikiran kita.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun