Status gagal bayar hingga triliunan rupiah yang dialami sebuah perusahaan asuransi di dunia cukup mengagetkan. Selama ini penulis sebagai orang awam menganggap asuransi adalah sama seperti tagline yang mereka usung: penjamin!
Artinya mereka cukup bisa dipercaya dan diandalkan. Namun dengan adanya kasus gagal bayar itu, bisa jadi banyak orang yang kini tidak percaya lagi dengan apa yang disebut asuransi.
Penetrasi perusahaan asuransi memang luar biasa, terutama para marketingnya yang dengan agresif mencari konsumen baru. Entah karena gaji mereka besar atau reward dari hasil perekrutan yang melimpah sehingga para marketing (agen) asuransi menyasar ke segala arah.
Bahkan sampai ke desa-desa, orang desa yang mungkin tidak mengerti apa itu asuransi, bagaimana cara mengajukan klaim dan sebagainya, bisa terpikat ikut asuransi.
Bagi penulis, kegagalan bayar hingga belasan triliun rupiah tersebut menjadi bukti bahwa di bumi ini tidak ada penjamin paling terjamin. Maka sebagai orang beriman, ajaran tawakal adalah utama.
Bertawakal, berserah diri kepada Tuhan. Tentu dengan didahului dengan usaha (ikhtiar), doa, kemudian bertawakal. Hasilnya diserahkan kepada Tuhan.
Jika ingin sehat, maka ikhtiarnya dengan menerapkan pola hidup sehat, makanan sehat, olah raga cukup, istirahat cukup, menjaga spiritualitas dengan ibadah, berdoa memohon kesehatan dan sebagainya.
Termasuk kontrol berkala dan menyiapkan dana cadangan untuk berobat. Penulis pikir itu lebih realistis ketimbang mengharapkan jaminan dari manusia atau entitas bisnis. Sebab bagaimanapun Tuhan adalah penjamin paling terjamin.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H