Mohon tunggu...
Eko To
Eko To Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Menulis artikel

Selanjutnya

Tutup

Analisis

Penerapan Konsep Strukturalisme dalam Analisis Karya Sastra Modern

20 Desember 2024   09:19 Diperbarui: 21 Desember 2024   08:11 84
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Oleh: Eko Windarto 

Strukturalisme merupakan cabang penelitian sastra yang tak bisa lepas dari aspek-aspek linguistik. Sejak zaman Yunani, Aristoteles telah mengenalkan strukturalisme dengan konsep: wholeness, unity, complexity, dan koherence. Hal ini merepresentasikan bahwa keutuhan makna bergantung pada koherensi keseluruhan unsur sastra. Keseluruhan sangat berharga dibandingkan unsur yang berdiri sendiri. Karena masing-masing unsur memiliki pertautan yang membentuk sistem makna. 

Setiap unit struktur teks sastra hanya akan bermakna jika dikaitkan hubungannya dengan struktur lainnya. Hubungan tersebut dapat berupa pararelisme, pertentangan, inversi, dan kesetaraan. Yang terpenting adalah bagaimana fungsi hubungan tersebut menghadirkan makna secara keseluruhan. Sebagai contoh, kata manis baru bermakna lengkap ketika dipertentangkan dengan kata pahit. Ini berarti bahwa struktur sastra memiliki fungsi.

Menurut Jean Peaget (Hawkes, 1978:16) strukturalisme mengandung tiga hal pokok. Pertama, gagasan keseluruhan (wholness), dalam artian bahwa bagian-bagian atau unsur menyesuaikan diri dengan seperangkat kaidah instrinsik yang menentukan baik keseluruhan struktur maupun bagian-bagiannya. Kedua, gagasan tranformasi yang terus-menerus memungkinkan pembentukan bahan-bahan baru. Ketiga, gagasan keteraturan yang mandiri (self regulation) yaitu tidak memerlukan hal-hal diluar dirinya untuk mempertahankan prosedur transformasinya, struktur itu otonom terhadap rujukan sistem lain.

Paham strukturalisme, secara langsung maupun tidak langsung sebenarnya telah menganut paham penulis Paris yang dikembangkan oleh Ferdinand de Saussure. Paham ini mencuatkan konsep sign dan meaning (bentuk dan makna/isi) atau seperti yang dikemukakan Luxemburg (1989) tentang signifiant-sgnifie dan paradigma-syntagma. Kedua unsur itu selalu berhubungan dan merajut makna secara keseluruhan. Karenanya, kedua unsur penting ini tak dapat dipisahkan dalam penafsiran sastra.

Karya sastra yang dibangun atas dasar bahasa, memiliki ciri bentuk (form) dan isi (content) atau makna signifikan yang otonom. Artinya, pemahaman karya sastra dapat diteliti dari teks sastra itu sendiri. Hanya saja, pemahaman harus mampu mengaitkan kebertautan antara unsur pembangunan karya sastra. Kebertautan unsur itu akan membentuk sebuah makna utuh. Berarti prinsip menyeluruh sangat dipegang oleh kaum strukturalis.

Pentingnya Memahami Konsep "Sign" dan "Meaning" dalam Penafsiran Sastra

Dalam analisis karya sastra, pemahaman konsep "sign" dan "meaning" sangat penting untuk dapat mengungkapkan makna dan nilai estetik sebuah teks. "Sign" mengacu pada tanda atau bentuk fisik dari sesuatu yang diamati dalam teks sastra, sedangkan "meaning" merujuk pada makna atau isi yang terkandung di dalamnya. By memahami hubungan antara "sign" dan "meaning", pembaca atau peneliti dapat menjelajahi lapisan-lapisan makna yang tersembunyi dalam karya sastra, serta mengapresiasi keindahan dan kompleksitas struktur yang diciptakan oleh pengarang.

Dengan demikian, pemahaman konsep-konsep strukturalisme dalam kajian sastra, hubungan dengan paham penulis Paris dan kontribusi Ferdinand de Saussure dalam pengembangan teori linguistik, serta pentingnya memahami konsep "sign" dan "meaning" dalam penafsiran sastra dapat memberikan wawasan yang lebih dalam dan komprehensif dalam menghargai keunikan dan kompleksitas karya sastra sebagai sebuah bentuk seni yang mempesona.

Aplikasi strukturalisme dalam karya sastra modern menghadirkan pendekatan analisis yang dapat membantu pembaca dan peneliti untuk memahami karya sastra kontemporer dengan lebih mendalam dan komprehensif. Berikut adalah beberapa contoh aplikasi strukturalisme dalam karya sastra modern:

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun