Mohon tunggu...
Eko To
Eko To Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Menulis artikel

Selanjutnya

Tutup

Diary

Perjalanan Inspiratif Buat Akun Baru di Kompasiana

25 November 2024   15:54 Diperbarui: 25 November 2024   16:02 158
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Beberapa hari lalu saya kebingungan, gelisah dan benar-benar gundah gulana karena pingin banget buat akun baru di Kompasiana. Oleh karena itu, saya ke rumah Tri untuk membuatkan akun baru di Kompasiana, sebab kalau pakai hp android agak lama memakan waktu.

Dengan ceria dan semangat yang tinggi, hari itu saya dan Tri memutuskan untuk membuat akun baru di Kompasiana. Meskipun awalnya terjadi sedikit kebingungan dan keraguan, namun kami berdua berhasil menemukan solusi dengan pergi ke rumah Tri untuk menggunakan laptopnya.

Tak lama setelah sampai di rumah Tri, langkah kami pun beralih ke sebuah cafe yang terletak di pinggir sungai Brantas. Cafe Bu Sri menjadi saksi ketika kami duduk di tepi sungai yang menenangkan sambil menikmati hidangan ringan seperti tempe mendoan, tempe Beji, ketela ungu dari gunung Kawi, jemblem dari ketela pohon, dan kopi Sumber Sari yang terkenal legit rasanya.

Sambil ngobrol ngalor-ngidul, Tri membuka laptopnya untuk membuat akun baru di Kompasiana untuk saya.

Dalam suasana yang penuh keceriaan, Tri mulai membuka laptopnya sambil pesan makanan dan minuman di cafe. Dengan penuh semangat, kami berdua mulai membuat akun baru di Kompasiana.

Tak terasa makan yang dipesan tadi hampir habis, tapi pembuatan akun baru di Kompasiana tadi belum juga kelar. Berkali-kali harus diulangi untuk membuat akun baru itu. Eh ternyata pulsanya habis. Akhirnya saya memberanikan diri untuk bertanya pada pemilik cafe, "Apakah di sini ada wifi nya?"

"Oh, ada! Ini pasword nya," jawab pemilik kafe singkat.

Dengan sambutan wifi cafe, Tri dan saya pun kembali berselancar di dunia maya. Dalam sekejap, akun baru di Kompasiana pun tercipta. Senang dan puas melihat hasilnya, kami pun beralih ke topik pembahasan selanjutnya.

Tepat ketika matahari mulai tenggelam di ufuk barat, suasana cafe di pinggir sungai Brantas semakin terasa magis.

Udara sejuk malam mulai menyapa, ditimpali oleh suara gemericik air sungai Brantas yang mengalir dengan tenang. Suara riuh burung-burung yang pulang ke sarangnya turut menyemarakkan suasana romantis di tengah keramaian obrolan kami.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun