Mohon tunggu...
eko siswanto
eko siswanto Mohon Tunggu... -

pekerja konstruksi dan penggemar olahraga bersepeda

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Bersepeda menuju Curug Cigeuntis, Gn. Sanggabuana Karawang

13 September 2012   00:38 Diperbarui: 25 Juni 2015   00:33 598
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Karier. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Curug Cigeuntis terletak di lereng Sanggabuana, Pangkalan, Karawang. Lokasi dan keindahan menjadikannya sangat ideal untuk disambangi dengan berseped, singkat kata perjalanan bermobil menuju Karawang berjalan lancar, setelah keluar tol Karawang Barat perjalanan menuju kecamatan Pangkalan agak tersendat mengingat kondisi jalan yang bergelombang dan berlubang. Setiba di Pangkalan kami parkir di sebuah tanah lapang di samping BRI Pangkalan, 5 bh mobil penumpang dan 1 mobil box dapat dengan leluasa parkir di lahan tersebut. Tak sampai 30 menit semua peserta sudah siap dan perjalanan pun dimulai. Dari start di parkiran kami menuju utara sekitar 100 m menuju SMP Pangkalan untuk kemudian masuk ke arah barat menuju jalan desa Cintasari yang bermakadam batuan lepas serta langsung disambut dengan tanjakan. Kecermatan memilih alur jalan di sela jalan berbatu sangat diperlukan agar putaran roda belakang tidak tergelincir akibat menginjak batuan lepas. Hanya sebentar di jalanan berbatu, kemudian memasuki kawasan kebun bambu dengan selingan tanjakan yang lumayan panjang, sempat terjatuh kamera saya saat melintasi kebun bambu yang lebat ini untuk akhirnya ketemu terselip di timbunan dedaunan bambu yang mengering . Masih berkisar di perkampungan, kebun bambu dan jalan yang tetap menanjak beberapa peserta menghela nafas sejenak di perbatasan desa Cintasari dengan Cigunungsari, tanjakan demi tanjakan yang susul menyusul memang membutuhkan asupan oksigen lebih banyak. Taklama kemudian kami berbelok ke kiri agar tidak melewati jalan aspal arah Cariu, terus menyusur perkampungan hingga akhirnya memutuskan beristirahat sejenak di warung kecil di Desa Cipurwasari Kecamatan Tegalwaru untuk sekedar mengisi air minum dan mengisi kalori berupa teh manis hangat. Perjalanan berlanjut dengan menempuh perkampungan, jalan setapak, pematang sawah hingga akhirnya bertemu dengan Sungai Cigeuntis. Meski tidak ada jembatan, sungai yang berbatu dan berair jernih ini terlihat cukup dangkal untuk dilewati meski lebarnya sekitar 30-40 m. Roda-roda sepeda pun segera menyibak air sungai, kecipak suara air dan roda yang beradu dengan batuan kecil di dasar sungai menimbulkan sensasi tersendiri. Usai menyeberang sungai di hadapan kita terpampang hamparan alam yang begitu indah, sawah yang luas dengan jalan setapak mengular di sela-selanya dan dengan latar belakang gunung Sanggabuana dengan bentuk kumpulan kerucut yang khas seperti tiang yang menyangga langit. Selepas menyeberang sungai Cigentis, perjalanan memasuki Desa Cipurwasari diawali dengan menyusur jalan setapak tepian saluran irigasi yang kering, tak lama kemudian tanjakan demi tanjakan pun menyambut, apalagi di tanjakan terakhir yang akan memasuki Desa Mekarbuana tanjakan mirip ngehe 1yang panjang  tapi lebih curam yang akhirnya mengakibatkan sebagian peserta menarik nafas sejenak. Lewat dari tanjakan ajib ini turunan panjang bermakadam pun menyambut, dan berakhir di Kampung Wisata cigentis atau yang dulu dikenal sebaggai Pemancingan H. Agus di desa Mekarbuana. Dari sini jarak ke Curug sekitar 3 km. Selesai mengisi air kami pun bergegas melanjutkan sisa perjalanan yang hanya 3 km namun harus disertai dengan usaha keras mengingat jalanan yang menjulang. 500 meter pertama berupa jalanan beton dengan kelandaian kecil sehingga masih nikmat digowes, namun setelah itu jalanan berubah total menjadi aspal rusak dan klimaksnya berupa jalan makadam yang menjulang sampai lokasi Curug Cigeuntis. Akhirnya semua upaya terbayar lunas sesampainya di curug, dinginnya percikan air dan suhu sekeliling yang sejuk menuntaskan dan menanggalkan segala keletihan yang menggelayut di sepanjang perjalanan. Keindahan curug yang seolah menyendiri dari keriuhan kehidupan di sela hutan seolah sanggup menerpa wajah semua peserta. Ada kurang lebih satu jam kami di sini, berfoto, beristirahat, sholat dsb sebelum akhirnya kami turun ke lokasi parkir di Pangkalan, rute turun berbeda dengan rute berangkat , untuk turun kami memilih onroad untuk mengejar waktu, dan dengan onroad, untuk menuju parkir sejauh 20 km kami hanya butuh waktu 30 menit, dibandingkan dengan rute berangkat dengan jarak sama membutuhkan waktu hampir 5 jam.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun