Mohon tunggu...
eko siswanto
eko siswanto Mohon Tunggu... -

pekerja konstruksi dan penggemar olahraga bersepeda

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Gowes Uphill ke Curug Ngumpet, Gn Salak Pamijahan-Bogor

30 September 2012   12:25 Diperbarui: 24 Juni 2015   23:27 909
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Karier. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Gunung Salak di Bogor memiliki banyak curug atau air terjun yang cukup menawan untuk dikunjungi. Selain pesona curugnya, jalur menuju curug yang terletak di lereng gunung pastinya akan menghadirkan keasyikan tersendiri jika menuju curug dengan bersepeda. Ada 16 peserta yang mengikuti gowes kali ini. Berangkat dari Cordoba BSD menuju Bogor memerlukan waktu sekitar 1.5 jam dan kami langsung menuju ke perumahan Gunung Salak Endah di Cinangneng untuk parkir dan menjadikannya titik start dan finish. Setelah menurunkan dan menyiapkan sepeda, 30 menit kemudian kami pun bersiap untuk memulai perjalanan. Dari titik start ini elevasi menunjukkan ketinggian +380 m . Cinangka, Tenjolaya Perlahan-lahan kami mengayuh sepeda dengan jalan sedikit mendaki meninggalkan perumahan Gunung Salak Endah ini menuju jalan kampung untuk menuju ke Cinangka. Jalanan kampung ini tidak terlalu ramai bahkan cenderung sepi dengan sedikit kegiatan warga di kiri kanan jalan. Setelah menempuh jalan kampung berupa aspal rusak dan makadam kami belok ke kiri melewati jalan setapak menyusur tepian saluran air yang tampak rindang, dengan beberapa bangunan pintu air yang nampak sudah usang ditelan usia. Membelah sawah di kawasan Tenjolaya Tak lama kemudian kami pun memasuki  pematang sawah yang nampak hijau menghampar. Kesunyian masih lekat mengikuti perjalanan kami ini, sangat jarang bersua dengan penduduk. Di kawasan Cinangka, Tenjolaya ini kayuhan sepeda masih terasa ringan, dan baru mulai terasa berat tatkala memasuki jalanan beton yang mulai menggeliat mendaki. Pendakian ini berakhir di Cibuntu, dan malang di sini satu peserta Om Ronny yang bertindak selaku tuan rumah mengeluh kesakitan karena  otot paha yang pernah cedera kambuh, dan setelah menunggu beberapa saat dirasa tidak berangsur membaik, akhirnya om Ronny memutuskan untuk kembali ke rumah di Gunung Salak Endah. Tinggal ber limabelas, kami pun melanjutkan perjalanan memasuki desa Cibuntu, yang jalananannya penuh dengan hamparan hasil panen yang dijemur, sehingga kami pun harus berhati-hati dalam mengayuh sepeda agar tidak melindas hasil panen yang dijemur tersebut. Jalanan kemudian menukik tajam menurun menuju ke sebuah sungai dengan sebuah jembatan bambu yang menanti untuk menghubungkan Cibuntu ke Pamijahan. Jembatan bambu Cibuntu Jembatan bambu ini tampak rapuh dalam arti tidak kokoh jika melihat wujudnya, sehingga kami pun satu persatu melewati jembatan ini , dan memang benar terasa goyangnnya saat kita melintas. Usai menyeberang jembatan bambu, kembali jalanan setapak mendongak ke atas, untuk menuju ke atas ke Pamijahan. Setiba di Pamijahan ini kami menyusuri jalan aspal  yang terus menanjak tanpa ada jeda sama sekali, untung saja tanjakannya meski panjang dan terus menerus sudutnya landai sehingga kami dapat mengatur irama kayuhan sepeda agar tidak cepat capai. Tanjakan yang smooth tapi tak bertepi Jalanan yang menuju desa Gunung Bunder ini agak ramai dilewati kendaraan bermotor terutama motor, sehingga kami harus lebih hati-hati dalam mengendarai sepeda. Otot paha terasa semakin berat karena benar-benar tidak menemukan jalan datar sedikitpun untuk menurunkan tegangan otot paha, sehingga beberapa perserta sudah menggunakan gigi yang paling kecil agar beban oto paha tidak terlalu berat untuk menghindari kram otot. Tanjakan demi  tanjakan terus kami lalui, dan akhirnya kami bisa beristirahat sejenak setelah sampai di Gunung Bunder tepatnya di Gerbang Taman Nasional Gunung Halimun Salak. Di sini elevasi menunjukkan +850 m. Sambil menunggu peserta lain yang tercecer kami  melemaskan otot sembari menikmati segarnya udara dan aroma pohon pinus yang membuai pernafasan. Setelah semua peserta sampai di gerbang dan membayar tanda masuk, kami meneruskan masuk ke kawasan hutan pinus yang rimbun. Jalanan mulai ramai dengan hilir mudik motor yang datang dengan berombongan. Jalanan tetap menanjak, namun teduh dan segarnya udara menjadikan  kepenatan menjadi sedikit reda.  Di sini jalanan selain menanjak juga berkelak-kelok mengikuti lereng gunung dengan diselingi sedikit turunan. Sekitar 25 menit mengayuh sampailah kami di gerbang Kawah Ratu, yang biasa digunakan sebagai titik awal jika mendaki Gunung Salak, salah satu jalur teraman untuk mendaki gunung karena terdapat patok-patok penanda jalur. Di sini kami rehat sejenak sambil merendam kaki dan mencuci muka di sungai kecil yang jernih tepat di sisi jalan. Dingin terasa menusuk kulit tatkala kaki mulai masuk ke dalam air. Beberapa rekan tampak melumasi rantai dengan lubrican karena mulai mengering setelah bekerja keras melawan tanjakan. Kawah Ratu Setelah dirasa cukup memulihkan stamina, kami kembali melanjutkan perjalanan menuju tujuan akhir yakni Curug Ngumpet, jalanan kembali menjulang, mengular di sela-sela lebatnya pohon pinus sehingga kami kembali harus bekerja keras mengencangkan otot paha untuk mendaki tanjakan-demi tanjakan. Kira-kira 20 menit kemudian sampailah kami di gerbang Curug Ngumpet. Tampak bersih dan terawat dengan beberapa petugas berseragam. Setelah membayar tiket masuk sepeda kami parkir di dekat gerbang penjagaan, dan kamipun  berjalan mendaki jalanan berbatu kurang lebih 70 m hingga akhirnya sampai di Curug Ngumpet. Curug Ngumpet Gemuruh air terjun yang menghujam kolam berdebur memecah kebisuan alam, kabut air dari percikan terjangan air tampak membubung di sekitar curug menerpa wajah , sungguh sangat menenangkan suasana ini. Tinggi curug ini sekitar 25 meter dengan elevasi tercatat  +1045 m di atas permukaan laut. Sebagian dari kami menceburkan diri ke kolam di bawah air terjun, dan ada pula yang sekedar merendam kaki di curug. Sekitar 45 menit kami menghabiskan waktu menikmati keindahan curug di sini, untuk kemudian melanjutkan perjalanan pulang. Curug Ngumpet Perjalanan pulang kami tidak melalui jalur berangkat melainkan melalui Cibungbulang, hanya ada satu tanjakan untuk kemudian semuanya berupa turunan. Ada beberpa curug yang kami lalui seperti Curug Gentong, Curug Pangeran, dan yang paling ramai Curug Cigamea. Namun kami tidak terlalu hirau karena harus berkonsentrasi penuh dengan jalanan yang menurun dan menukik tajam disertai kelokan-kelokan yang cukup menghentak. Sepeda melesat dengan kecepatan mencapai 45 km per jam, terus melaju melewati pintu gerbang Taman Nasional Gunung Halimun Salak di arah Cibungbulang. Tidak terlalu banyak yang diceritakan di sini karena memang hanya turunan yang sangat panjang hingga sampai di Cibatok. Cibatok Gn Menyan, arah pulang. Tanjakan masih ada Di Cibatok kami belok ke kanan memasuki perkampungan dan kali ini disambut tanjakan jalan beton yang lumayan untuk mengeraskan otot. Namun hanya satu tanjakan di arah pulang ini, selebihnya adalah jalanan kecil di tengah persawahan dan kebon. Dari sini kembali kami memasuki Tenjolaya dan kembali menyusuri jalanan setapak di tepi saluran untuk menuju finish di perum Gunung Salak Endah, dengan total jarak tempuh 42 km pp. Trip ini diselesaikan dengan selamat, semua berjalan lancar, tidak ada yang mengalami kempes ban atau putus rantai atau kendala lainnya. Hanya sayang, Om Ronny sang tuan rumah yang tidak bisa melanjutkan perjalanan karena mengalami cedera otot paha yang kambuh di tengah perjalanan. Setelah shalat dan dijamu oleh tuan rumah, kami kembali ke rumah masing-masing sebagian ke BSD, ada yang ke Kebon jeruk dan yang paling jauh ke Pademangan . Sampai jumpa di trip berikutnya. Uphill ke Curug Ngumpet

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun