Dari hasil observasi dilapangan ketidaktercapaian implementasi coaching dalam kegiatan supervisi akademik adalah kurangnya pemahaman oleh guru terkait pendekatan coaching yang diterapkan dalam praktek supervisi akademik. Miskonsepsi coaching yang disamakan dengan mentoring, atau training juga mengakibatkan penerapan coaching menjadi kurang maksimal.
Untuk mengatasi permasalaham tersebut, sangat diperlukan upaya-upaya sistematis yang berkelanjutan melalui program-program pendidikan yang ditujukan untuk para guru agar lebih memahami pendekatan coaching. Salah satu yang utama adalah dengan memprioritaskan guru yang belum berkesempatan mengikuti Program Guru Penggerak untuk mengikutinya. Langkah kolaboratif juga perlu dilaksanakan melalui diseminasi, In house training, dan atau pelatihan mandiri terkait pemahaman pendekatan coaching dalam kegiatan supervisi akademik.
C. Keterkaitan Modul
Tidak dapat dipungkiri bahwa keterkaitan modul coaching dengan modul sebelumnya terkhusus pembelajaran berdiferensiasi dan pembelajaran sosial emosional sangat erat. Penguasaan guru dalam pembelajaran berdiferensiasi yang pada hakikatnya memaksimalkan peran guru sebagai pemimpin pembelajaran memaksimalkan kebutuhan-kebutuhan belajar murid. Jika diimplementasikan kedalam praktek coaching pengejawantahannya terlihat dalam proses identifikasi dan pembuatan rencana aksi dalam alur percakapan TIRTA. Coach seyogyanya mampu memahami diferensiasi minat, bakat, dan segala potensi dari coachee. Pendekatan paradigma coaching secara langsung mampu meningkatkan kelima kompetensi sosial emosional yang pengimplementasiannya diwujudkan ketika menerapkan tiga kompetensi utama coaching.
Miskonsepsi sebelum saya mempelajari modul coaching adalah menyamakan coaching dengan pendekatan konseling yang sama-sama berfokus untuk menumbuhkan konseli atau coachee. Namun setelah mempelajari lebih dalam meskipun kedua pendekatan tersebut berfokus kepada klien, coaching unggul dalam hal fokus hubungan kemitraan yang bersifat setara antara coach dan coachee. Sedangkan dalam konseling, konselor dianggap sebagai seorang yang ahli sementara konseli adalah individu yang belum ahli dan layak untuk diberikan bantuan.
Upaya perbaikan dan peningkatan kedepan setelah mempelajari coaching adalah dengan mengimplementasikan dan mengintegrasikan dalam kegiatan-kegiatan diluar supervisi akademik missal dalam pemberian layanan konseling. Dengan pendekatan coaching dalam konseling, akan lebih mendorong konseli untuk lebih meningkatkan kedewasaan dalam pengambilan keputusan dan memahami konsekuensi-konsekuensi yang mengikutinya.
Memperdalam pendekatan coaching dari berbagai sumber literasi diluar PGP adalah wujud nyata nilai kemandirian guru penggerak. Sebelum mempelajari coaching untuk supervisi akademik dalam Program Guru Penggerak, mengikuti webinar mengenai pendekatan coaching yang diselenggarakan berbagai lembaga pelatihan secara daring adalah upaya yang konkret menberdayakan potensi diri untuk lebih meningkatkan keterampilan dalam melakukan coaching kaitannya sebagai pemimpin pembelajaran yang berpihak pada murid serta menumbuhkan nilai kolaboratif dengan rekan sejawat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H