Mohon tunggu...
Eko Prih Hartanto
Eko Prih Hartanto Mohon Tunggu... pegawai negeri -

Wonogiri - Solo - Sukoharjo http://ekoph.com/

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

The Jancuker

23 Januari 2011   17:23 Diperbarui: 26 Juni 2015   09:15 157
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

The Jancuker? Apa ini? Tulisan ini tidak layak dibaca oleh orang yang belum dewasa karena mengandung kata-kata kasar. Jika Anda berusia kurang dari 17 tahun, dimohon untuk tidak melanjutkan membaca tulisan ini! Jika Anda aktif di twitter dan mengikuti @sudjiwotedjo, pasti tak asing dengan istilah jancuker. Ya... Ki Dalang Sujiwo Tejo-lah yang disebut-sebut sebagai komandan #jancuker di Twitter. Mungkin tema #jancuker kali pertama juga dicetuskan oleh Ki Dalang. Dalam kicauannya, Ki Dalang yang terkenal dengan lagu "Titi Kala Mangsa" ini memang sering menggunakan kata-kata jancuk ataupun bentuk singkatnya, yaitu cuk. Lihatlah tweet terakhir Ki Dalang saat tulisan ini ditulis:

Apa arti jancuk? Jancuk terdapat dalam bahasa Jawa versi Suroboyoan. Kata ini adalah kata kasar. Dalam wikipedia disebutkan bahwa "jancuk" berasal dari kata "dancuk" ,  turunan dari "diancuk" atau "diencuk" yg artinya disetubuhi.

Sebuah kata yang teramat kasar!

Mengapa Ki Dalang Sujiwo Tejo yang notabene seorang seniman yang memiliki budaya tinggi   "mempromosikan" kata kata kasar tersebut? Apakah Ki Dalang bermaksud mengajari pengguna twitter untuk berkata-kata kasar? Saya rasa bukan itu maksud Ki Dalang!

Melalui kata-kata kasar tersebut, Ki Dalang sepertinya mengajak kita untuk berbuat  dan berkata jujur. Keselarasan antara hati dan kata-kata, keselarasan antara hati dan perbuatan, inilah yang hendak diajarkan Ki Dalang.  Sepertinya Ki Dalang sudah terlalu muak dengan kata-kata santun nan manis yang ternyata digunakan untuk menutupi kebusukan-kebusukan.

Inilah yang sering kita jumpai di sekitar kita. Seseorang yang bertutur kata lembut, halus, dan manis, ternyata memiliki niat ataupun perbuatan yang tak semanis ucapannya. Parahnya, sepertinya fenomena seperti ini telah menjangkiti berbagai lapisan masyarakat, mulai dari masyarakat biasa, dunia hukum, dunia politik, dan sebagainya.

Jika Anda telah membaca dan menghayati naskah drama Pakaian dan Kepalsuan, maka demikianlah gambaran orang-orang yang mengenakan pakaian dengan segala kepalsuannya.

Melalui #jancuker, Ki Dalang mengajak kita menjadi durian, yang walaupun kulitnya berduri, namun isinya buah yang sangat lezat, serta janganlah menjadi buah kedondong, yang kulit luarnya tampak halus, namun di dalamnya terdapat isi yang nyokrok-nyokrok.

Tulisan ini juga dipublikasikan di www.ekoph.com

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun