Oleh Eko Pawitno
Guru SMK Muhammadiyah Kutowinangun, Kebumen
1. Urgensi Edupreneurship di SMK
Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) salah satu bentuk satuan pendidikan formal yang menyelenggarakan pendidikan kejuruan pada jenjang pendidikan menengah yang mempersiapkan peserta didik terutama untuk bekerja di bidang tertentu. Sebuah SMK bisa dikatakan berhasil apabila lulusanya banyak yang Bekerja, Berwirausaha dan Melanjutkan (BMW), tentu saja dengan prosentase melanjutkan harus  lebih sedikit dibandingkan yang Bekerja dan Berwirausaha.Â
Hal ini bisa tercapai apabila SMK mampu menyiapkan peserta didiknya agar siap kerja, cerdas, kompetitif dan memiliki kemampuan sesuai dengan tuntutan kerja. Umumnya sekolah yang mempunyai keunggulan seperti diatas, akan memungut biaya pendidikan yang tinggi kepada peserta didiknya yang mengakibatkan pendidikan hanya dinikmati oleh siswa dari kalangan yang mampu.
Untuk menciptakan Sekolah yang unggul dengan biaya pendidikan yang rendah, suatu SMK bisa menerapkan Edupreneurship dalam pembelajaran. Edupreneurship adalah usaha lembaga pendidikan untuk menciptakan lulusan yang mempunyai preneurship melalui tenaga pendidik yang kreatif dan produktif dalam proses belajar mengajar.Â
Konsep edupreneurship di SMK bisa diaplikasikan melalui Teaching Factory (TEFA) dan Bussines Center. Dari hasil edupreneurship inilah salah satu sumber dana pengembangan SMK.
2. Implementasi Edupreneurship
Pembelajaran Teaching Factory merupakan suatu konsep pembelajaran kontekstual yang mendekatkan siswa ke dalam situasi kerja yang sesungguhnya.Â
Teaching Factory (TEFAC) merupakan perpaduan Competency Based Training (CBT) dan Production Based Training (PBT), Competency Based Training (CBT) merupakan pembelajaran berbasis kompetensi/skill kerja yang bertujuan mengajarkan keterampilan (skill) kerja sesuai dengan prosedur dan standar kerja untuk menghasilkan produk yang sesuai dengan tuntutan industri/pasar/konsumen. Sebagai suatu contoh SMK Muhammadiyah Kutowinangun mempunyai bengkel Teknik Kendaraan Ringan dengan dengan fasilitas praktek yang sudah sesuai dengan standar industri.
Dengan bimbingan dari DUDI pasangan, SMK Muhammadiyah Kutowinangun membuka bengkel mobil yang membuka pelayanan untuk umum. Untuk saat ini Flow Entri customer per bulan (25 hari) rata rata 50 sampai 100 mobil, atau setiap hari rata-rata ada 2 sampai 4 mobil masuk ke bengkel. Untuk meningkatkan skill siswa TKR, maka mereka dilibatkan dalam kegiatan pelayanan bengkel secara terjadwal. Adapun penempatanya dan tugasnya adalah sebagai berikut :Job Siswa yang terlibat TEFA dari kompetensi keahlian TKR dan Ototronik dirolling secara berkala.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!