Mohon tunggu...
Eko Setiawan
Eko Setiawan Mohon Tunggu... -

Mari berdiskusi tentang media, sosial, kebudayaan dan birokrasi. Juga tentang film, buku dan puisi.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Training Motivasi: Spiritualitas Gaya Baru Masyarakat Posmo

11 April 2013   14:32 Diperbarui: 24 Juni 2015   15:22 204
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Kehidupan modern yang serba ingin cepat, melipat waktu dan tempat dan bahkan memperpendek jarak, merangsang masyarakat untuk percaya pada hal-hal yang instan. Sabagai antitesis untuk mengimbangi kehidupan yang berlangsung serba cepat. Salah satunya adalah spiritualitas. Masyarakat posmodernisme yang mengalami banyak percepatan dalam hidupnya mendambakan nilai-nilai spiritualitas yang mudah dicerna, tidak terkungkung dengan ritual dan simbol-simbol agama namun dapat memenuhi dahaga spiritualnya. Untuk itulah kemudian spiritulitas dengan bentuk-bentuk yang baru kemudian hadir ditengah-tengah masyarakat. Spiritualitas jenis ini kemudian menjadi gaya hidup dan bahkan berkembang membentuk Hiper-Spiritualitas. Spiritualitas tak berdasar.

Hiper-Spiritualitas ini menjadikan motivator sebagai satu-satunya sumber dalam menyampaikan ide-ide spiritualnya—atau biasa disebut sebagai motivasi. Masyarakat yang menikmati uraian dari para motivator ini menganggap apa yang disampaikan oleh para motivator ini benar adanya. Mereka mempercayai sepenuhnya dan bahkan mengutip kembali pernyataan para motivator tersebut untuk disampaikan dalam media sosial atau dalam pergaulan sehari-hari. Hiper-Spiritualitas jenis ini memang menawarkan nilai-nilai spiritual yang menarik.

Masyarakat tidak perlu lagi datang ke rumah ibadah, membaca kitab suci atau mendengarkan khotbah para pemuka agama. Nilai-nilai spiritual tersebut kini disampaikan dalam bentuk seminar-seminar di ruang berpendingin udara, disiarkan di televisi bahkan diupdate tiap waktu melalui media sosial seperti facebook dan twitter. Materi yang disampaikan tidak lagi soal surga-neraka, pahala dan dosa atau kematian dan siksa kubur, tapi berkenaan dengan percintaan, persahabatan hingga tips dan trik bisnis. Para motivator juga tidak berpenampilan dengan sorban atau jubah, tapi sudah berdasi dan berjas rapi. Pendeknya, motivator kini menjadi “nabi” baru dalam mencerahkan umat.

Masyarakat juga lebih gampang menerima penyampaian para motivator karena disampaikan dengan bahasa sehari-hari, diselingi dengan joke-joke menghibur dan menyentil masalah yang dekat dengan masyarakat.Hiper-Spiritualitas menjadi sumber kebijaksanaan baru dalam masyarakat.

Dalam menyebarluaskan ide-ide spiritualnya, para motivator tersebut tentu membutuhkan media, baik media massa maupun media sosial. Di media massa, hiper-spiritualitas tersebut hadir lewat tayangan di televisi dan berbagai akun yang di media sosial.

Spiritualitas gaya baru ini jika ditelan mentah-mentah sebenarnya tidak lebih dari sebuah harapan semu. Kata-kata mutiara yang disampaikan ataupun kisah sukses yang diceritakan terkadang hanya menjual mimpi. Untuk itu mari dengan cerdas mengkonsumsi training-training motivasi tersebut. Agar dapat lebuh memahami dengan jelas Hiper-Spiritulitas yang kini tengah menjangkiti masyarakat kita.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun