Obat Khusus Untuk Sang Sultan
Suatu hari Abu mendengar dari tetangganya bahwa Sang Sultan sakit. Seluruh dokter di negeri ini telah mencoba untuk menyembuhkannya namun semuanya gagal. Tetangganya menyarankan ia untuk pergi ke istana dan menyembuhkan Sang Sultan. Setelah mengenakan jubah terbaiknya, ia lantas pergi ke istana menjenguk keadaan Sultannya.
Ketika ia tiba di istana, suasana sangat sunyi-nyi. Ia langsung pergi ke ruangan Sang Sultan. Ia melihat Sang Sultan terbaring tak berdaya di atas dipan. Di samping dipan terdapat para menterinya. Mereka menatap amat prihatin.Â
Salah satu menteri mendekati Abu Nawas dan lirih berkata. Ia berujar bahwa Sang Sultan tak ingin makan maupun minum. Ia juga tak ingin meminum obat.Â
Abu melihat lebih dekat Sultannya beberapa jenak. Kemudian, tiba-tiba ia tersenyum cerdas seolah-olah mendapati sesuatu yang berharga pada wajah Sultannya. Ia meminta undur diri untuk pulang ke rumah sementara dan berjanji untuk segera kembali.
Ketika ia tiba dirumahnya, ia mengganti jubah terbaiknya dengan salah satu jubah usangnya yang telah sobek di beberapa titik. Ia menggunakan sebuah peniti besar untuk merekatkan sobekannya.Â
Segera ia kembali ke istana. Ia mendekati salah seorang menteri dan berkata bahwa ia dapat menyembuhkan Sang Sultan dengan satu syarat, ia harus ditinggalkan sendirian dengan Sang Sultan di daalam ruangan.
Setelah semua orang keluar, Abu menutup pintu itu dan mendekati Sang Sultan. Ia menyelidik wajah Sang Sultan. Kemudian ia mencopot penitinya.
"Sang Sultan, saya mempunyai sebuah peniti yang besar dan lancip-cip di genggaman saya. Saya akan menghitung sampai tiga. Kalau anda tidak bangun saya akan mencudes peniti ini ke tumit anda. Saya tahu anda tidaklah sakit. Anda hanya pura-pura. Sekarang, saya mulai menghitung...satu... dua..."
"Tidak jangan lakukan itu Abu!" ujar Sang Sultan tiba-tiba. Ia segera bangkit dan duduk di kasur. "Katakan padaku. Bagaimana kau tahu bahwa aku tidak sakit?"
"Itu mudah. Wajah anda nampak kemerah-merahan."