Orang ramai-ramai clingak-clinguk menggumam tidak mempercayai apa yang mereka barusan dengar. Satu dari mereka berseru, "Bagaimana akan kau mengangkatnya, Abu?"
Abu Nawas menatap lelaki itu. Ia tersenyum dan berkata, "Saya akan memikulnya di Pundak saya."
"Baiklah, Abu. Lakukan sekarang," teriak Sultan Aaron melebihi kebisingan.
Kebisingan menghening. Tak seorang pun berani bicara keras.
Abu Nawas melangkah maju ke orang-orang. Ia berdiri tegak dengan kedua kakinya. Ia membungkuk guna mencincingkan celananya. Ia gulung lengan kemejanya. Kemudian ia melangkah ke arah masjid. Ratusan orang, termasuk juga Sang Sultan dan para mentri mengikutinya. Ketika Abu Nawas sampai di sisi samping masjid, ia berhenti dan berkomat-kamit tanpa suara. Banyak orang menghela nafas dalam.
Abu Nawas berpaling pada orang-orang dan berkata, "Saudara-saudara, biasanya ketika saya membawa sesuatu yang berat, saya meminta bantuan seseorang untuk meletakkannya di atas pundak saya. Masjid itu sangat berat. Tolong bantu saya. Angkatkan dan letakkan di atas pundak saya!"
Semua orang tercengang. Mereka lantas saling pandang satu sama lain.
"Hadirin, kalian ada sekitar dua ratus orang di sini. Kalian baru saja makan-makan besar! Kalian mustinya sangat kuat. Tolong, bantulah saya!" ujar Abu Nawas lagi.
Tiba-tiba salah satu mentri berkata, "Abu, apakah kau gila? Kita tidak mungkin bisa mengangkatnya!"
"Ya, kita tak bisa" timpal lainnya.
Semakin banyak orang berteriak hal yang sama.