Mohon tunggu...
EKO NUR ROHMAN
EKO NUR ROHMAN Mohon Tunggu... Guru - Pendidik

Membumikan Sejarah dan Karakter Kepada Generasi Penerus Bangsa

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Membumikan Nilai Moral dari Peristiwa Pemberotakan Petani Banten Tahun 1888

12 April 2024   15:52 Diperbarui: 12 April 2024   16:20 388
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto para pemberontak yang tertangkap sebagian besar diasingkan. Sumber: Historia.id

Perlu sedikit kita ingat juga, bahwa dampak besar terjadinya Perang Diponegoro adalah kondisi politik hubungan Jawa dengan Eropa jauh berbeda dari sebelumnya. Ya, jika sebelum terjadi Perang Diponegoro antara Jawa dengan Eropa, maksudnya adalah saat era VOC (1602-1799) status Jawa khususnya adalah daerah Kraton diakui sebagai negara yang berdaulat yang memiliki posisi setara dengan Belanda. Namun, selanjutnya, di era Daendels (1801-1811) dan Raffles (1811-1816) Kraton sudah menjadi subordinat atau bawahan pemerintah kolonial.

Keraton tidak lagi memiliki kedaulatan dan kewenangan secara penuh dalam urusan internal dan eksternal, disebabkan harus melalui persetujuan atau konsultasi terlebih dahulu dengan pihak Belanda.

Lebih lanjut, dalam hubungan politik antara Jawa dengan Eropa juga memiliki hubungan dengan peristiwa-peristiwa di Kraton Yogyakarta yakni peristiwa Geger Sepehi, yakni peristwa dengan adanya keterlibatan Inggris menghancurkan sebagian bangunan keraton, menjarah barang-barang berharga dan perhiasan milik kesultanan, dan mengasingkan Hamengkubuwana II ke Pulau Pinang. Hal demikian memiliki dampak, keraton mengalami kerugian besar dan berimbas pada hubungan antara Inggris dan keraton.

Kita masuk ke Banten, setelah ada gambaran untuk mengingat peristiwa-peristiwa sebelum pemberontakan Petani Banten.

Peristiwa pemberontakan Petani Banten, bukanlah peristiwa sederhana, melainkan sebuah representasi bahwa petani masih ada, memiliki harga diri, petani mampu melawan, petani mempunya kekuatan dan tekat untuk menjaga tanah nya dari kesewenagan kolonial. Berbagai latar belakang penyebab peristiwa pemberontakan tersebut adalah benacana kelaparan dan wabah penyakit yang disebabkan karena kemarau panjang yang berdampak pada gagal panen dan wabah pes. Serta sejatinya ada keterlibatan unsur agama, pada bagian agama akan penulis bahas setelah membahas latar belakang dari hubungan kelaparan dan wabah penyakit.

Permasalahan kelaparan dan wabah penyakit, membuat pihak kolonial memberikan kebijakan untuk memusnahkan ternak termasuk yang tidak terjangkit penyakit. Sebelumnya pemerintah kolonial sudah memberatkan rakyat dengan kebijakan pajak yang tinggi yang bisa dikatakan besarnya sulit dibayar oleh kemampuan rakyat. Hal demikian, menimbulkan kemarahan karena kolonial telah dianggap berindak kejam dan sewenang-wenang karena tentunya akan berakibat pada penghasilan kaum petani. Selain itu, ditambah lagi dengan adanya peristiwa meletusnya gunung kratau tahun 1883 yang membuat kerugian materi dan korban jiwa.

Berkaitan dengan faktor agama, ketika rakyat dalam kondisi penderitaan. Justru rakyat mulai mempercayai takhayul memberi sesajen kepada pohon kepuh besar yang diyakini bahwa dapat memusnahkan bencana. Hal demikian, membuat adanya keresahan dan membuat konflik dalam masyarakat yang mengarah pada hal-hal yang bisa dikatakan musyrik menurut pandangan islam. Sehingga hal ini membuat pemerintah kolonial mengambil tindakan untuk membuat situasi bisa teratur.

Adapun, berkembang juga mengenai kepercayaan mengenai kedatangan Imam Mahdi yang mana bukan hanya sudah dikenal namun sudah dinantikan. Hal ini, membuat peningkatan semangat di masa-masa sulit bagi rakyat untuk memiliki harapan. Suasana revolusioner akhir abad ke-19 terlihat, disertai keresahan sosial di masyarakat terkhusus kepada pihak penindas asing.

Lebih lanjut, hingga karena berbagai kekacauan di masyarakat, dalam perkembangannya membuat pemerintah kolonial kewalahan dalam menangani pemberontakan tersebut.

Pada akhirnya, seperti pendapat yang disampaikan oleh Christiaan Snouck Hurgronje, seorang penasehat urusan pribumi untuk pemerintah kolonial Belanda, menyatakan bahwa banyak tokoh-tokoh agamawan yang diburu untuk dimintai pertanggungjawaban atau lebih tepatnya adalah hukuman dari pemerintah kolonial, misalnya Haji Iskak, Haji Wasid dan sebagainya. Bahkan Haji Sapiudin, Haji Kalipudin dan Haji Abdulhalim melarikan diri sampai ke Mekah.

Hal di atas, menunjukkan bahwa pihak kolonial Belanda, melakukan operasi pengejaran terhadap tokoh-tokoh yang terkemuka.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun