Mohon tunggu...
Ekonom Jeleg
Ekonom Jeleg Mohon Tunggu...

Wajahku gak ganteng, makanya kunamakan ekonom Jeleg. Walau wajah jeleg, semoga tetap bermanfaat tulisannya

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Menggosipkan UMKM

20 Oktober 2011   14:20 Diperbarui: 26 Juni 2015   00:42 43
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Indonesia sedang dirundung virus infotaiment dan nonton televisi.


Bagaimana tidak, rata-rata orang Indonesia menonton TV 4 jam / hari.. Salah satu yang paling digemari adalah infotaiment. Coba saja deh tanya ibu-ibu (bapak-bapak juga boleh), soal kapan Si Artis Putri yang ditukar mulai pacaran, siapa pacarnya, dan lain-lain...


Namun ada satu hikmah juga. Menanggapi trend tersebut, kini berita-berita ekonomi kini banyak juga yang dibalut dengan format infotaiment, walau mungkin kalau boleh memakai bahasa kimia, berita ekonomi yang bertebaran tersebut merupakan senyawadari berita dan cerita dengan kadar yang hampir sama. Berbeda dengan infotaiment yang kadar ceritanya lebih tinggi.


Begini contohnya. Di acara kabar pasar tvOne, kita sering lihat bagaimana seorang ekono atau pelaku ekonomi kelas tinggi. Banyak yang disanjung, tak sedikit yang dicaci.  Saya mau positif thinking saja kalau ini bagian dari edukasi public oleh media massa. Dengan adanya berita seperti kita makin bisa mengenal, mengapa dan bagaimana tindakan ekonomi yang lebih baik dengan studi kasus tokoh yang diberitakan.


Tapi ini juga merupakan publisitas yang teramat besar bagi para wirasusaha atau petinggi ekonomi negeri, tentunya bagi yang diekspose dari sisi positif. Saya sering baca di twitter para tokoh kita mengabarkan tentang liputannya.  Coba deh pikir, kalau pembaca baca sebuah tulisan tentang Si tokoh dalam hal poitif dan ANDA terinpirasi olehnya. Bagaimana kemudian tentang prduknya, pasti bakala lebih mengen di hati.. bahkan lebih efektif dari iklan bermilyar-milyar yang ada di televisi..


Saya kok  punya imajinasi gimana jika infotaiment itu juga mengena ke usaha kecil. Kan sekarang zamannya pemertataan.  Saya yakin pembaca akan berpikir gimana caranya dengan keterbatasan waktu sementara UMKM lebih dari 98% jumlah usaha di Indonesia? Jawabanya adalah jangan diekspose satu persatu...


lalu?


Ingat kata-kata bijak pemasaran, kalau kita mau dapat banyak  tanpa mengurangi kadar pangsa pasar, kita tidak boleh memancing, TAPI MENJARING?  (Maksud loh?)  Ya media itu lebih konsentrasi meliput kondisi pasar UMKM, pasar di sini bukan berarti pasar tradisional saja. Tapi juga sentra-sentra usaha kecil menengah serta mikro (yang imut-imut).


Mungkin anda juga bakal protes, "Eh itu sudah sering kali diberita.. basi tauk!"


Jangan terburu-buru, ingat infotaiment berita ekonomi kelas tinggi di atas. Kita mesti juga liput sebagian mereka yang mewakili dari golongannya. Misal saja kalau mau meliput kasongan, liput kasongan dulu secara umum dan tayangkan gimana kehidupan warga di sana.


Tapi.. Garis bawahi... jangan seperti acara-acara mellow (eksample : Jika Aku Menjadi) yang membuat tangsi menangis dan iba. Acara-acara seperti itu ditujukan untuk mendidik jiwa kita tapikalau infotaiment pasar untuk publisitas. Sekali-kali tayangkan gimana kisah cinta para pembuat gerabah kasongan, kalau anda tau kisah mellownya Pak Saptuari Sugiarto saat merintis usaha Kedai Digitalnya-keren beud (maaf ada bahasa alay, semoga tak mengurangi substansi). Tayangkan juga bagaimana mereka semangat menjaga kwalitas, alamiah dan ceritakan keunggulan komparatif produk mereka.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun