TERUS terang, saya malas untuk mengomentari hal-hal berbau politik dalam tulisan-tulisan saya. Terutama di ranah sebesar Kompasiana ini, juga di media sosial (medsos). Facebook dan Twitter yang aktif saya gunakan, lebih untuk sarana berinteraksi dengan teman-teman, mendapatkan atau berbagi informasi, kadang juga untuk sarana lucu-lucuan.
Bahkan kehebohan kasus dugaan penistaan Al Quran yang dituduhkan kepada Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok, yang di medsos menuai pro kontra, saling dukung atau serang, tak mau saya tanggapi terlalu berlebihan.
Paling jauh, memberikan tanda ‘like’ sekadar setuju dengan satu pendapat, atau sekadar menghormati teman yang sudah capek-capek bikin status. :D
Di dunia nyata pun, saya mau terbuka membicarakan masalah itu hanya dengan teman yang seprinsip. Kalau dengan yang beda pendapat, lebih baik diam mendengarkan, atau kalau harus menanggapi cukup dengan kalimat-kalimat normatif. Daripada saling tegang urat yang bisa-bisa menimbulkan salah paham berujung perselisihan.
Tapi seharian kemarin, perasaan saya kok jadi terusik. Kalau akhirnya sekarang terpaksa masuk wilayah politik, saya anggap ini tanggungjawab sosial sebagai manusia dan sebagai warga negara. Tanpa bermaksud berpolemik dan tak mau pula ada perdebatan. Peace!!
Hal yang menggerakkan nurani saya adalah heboh soal unggahan foto pernikahan Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) KH Ma'ruf Amin di Twitter, oleh pengamat politik Boni Hargens, yang kemarin ramai menuai kecaman massa.
Sebagaimana sudah diketahui banyak netizen, pada foto yang diunggahnya Selasa (22/11/2016) itu juga terdapat tulisan, "Kami ucapkan selamat kepada Bapak Wakil Ketua MUI Ma'ruf Amin yang berusia 73 tahun. Hari ini menikahi wanita cantik Wury Estu Handayani, yang berusia 30 tahunan semoga kedua mempelai berbahagia dan langgeng sampai akhir hayat. Amin Yra."
Sekilas memang tak ada yang salah dengan postingan tersebut, sekadar memberikan ucapan selamat. Tapi tk salah pula kalau banyak pihak akhirnya mengartikan lain, ada nada sinisme, mengejek atau bermaksud menjatuhkan.
Indikasi pertama, pernihakan itu sudah dilangsungkan tahun 2014, kenapa ucapan selamat baru disampaikan sekarang. Kedua, penekanan usia kedua mempelai, tak lazim dilakukan ketika memberi ucapan selamat menikah. Ketiga, status orang yang memosting, Boni Hargens, diketahui loyalis Joko Widodo dan juga Ahok, selama ini sering melontarkan komen-komen pedas dan miring kepada pihak-pihak yang berseberangan dengan kedua tokoh tersebut.
Belakangan Boni sering mengecam pihak-pihak yang melakukan aksi demo bela Islam 4 November lalu. Kita tahu, MUI mengeluarkan fatwa pelecehan Al Quran yang dituduhkan kepada Ahok, yang ikut mendasari dilakukannya demo tersebut.
Sebelum heboh cuitan Boni tadi, saya pribadi tak tahu-menahu ikhwal penihakan Kyiai Ma’ruf, apalagi soal usia pasangannya yang ‘baru’ 30-an tahun. Namun menanggapi masalah ini, saya sangat setuju dengan komentar aktivis Jaringan Islam Liberal yang juga Pengurus Cabang Istimewa NU di Amerika, Akhmad Sahal, seperti dilansir Republika dia menyayangkan beredarnya foto tersebut. Disebutnya, Boni berusaha menyerang ranah pribadi untuk tujuan politik.