Ponpes Al Ubaidah Kertosono, Nganjuk, Jawa Timur menjadi tuan rumah pelaksanaan program Cangkrukan Kamtibmas, yang diadakan Kepolisian Resor (Polres) Nganjuk. Acara tersebut bertujuan untuk menciptakan situasi Kambtibmas yang aman dan kondusif, yang dihelat pada Kamis malam (16/2).
Kegiatan tersebut dihadiri Kapolres Nganjuk AKBP Muhammad, yang sudah tiba sore hari bersama Wakapolres, disambut oleh pengasuh Ponpes Al Ubaidah, Habib Ubaidillah Alhasny MH.I
Setelah melaksanakan salat Maghrib berjamaah, Habib Ubaid meminta AKBP Muhammad untuk memberikan tausyiah kepada 924 peserta diklat calon muballigh dan muballighoh LDII.
Saat memberi tausiyah, AKBP Muhammad mengingatkan para dai harus betul-betul memahami sejarah bangsa. Menurutnya, bangsa Indonesia memperjuangkan dirinya agar tetap bersatu, meskipun berbeda suku dan agama. Baik dari golongan santri atau kyai bergabung untuk mempertahankan NKRI, “Yang bersemboyan Bhineka Tunggal Ika, berbeda-beda tetap satu tujuan,” ujar AKBP Muhammad.
Ia mengingatkan, dalam bermedia sosial supaya bijak dan harus bisa memilih informasi yang benar, “Kalau memang ragu sebaiknya bertanya. Kabupaten Nganjuk ini ada program “Wayahe Lapor Kapolres”. Dalam program tersebut, semua bisa bertanya. Tim dari Polres Nganjuk dapat memastikan kebenarannya,” imbuhnya.
AKBP Muhammad berharap semua berkomitmen untuk menjunjung tinggi “Bhinneka Tunggal Ika” dan menerima perbedaan agar tercipta kerukunan. Sementara itu, Habib Ubaidillah Al Hasany pengasuh Ponpes Al Ubaidah mengatakan, sebagai generasi muda, harus kritis yang bertanggung jawab, tidak mudah melemparkan isu-isu yang bisa menimbulkan gangguan Kamtibmas.
“Kondisi Jawa Timur lagi diresahkan rumor pergerakan oknum perguruan silat yang merusak situasi Kamtibmas. Calon muballigh harus mengerti, tujuan berlatih di perguruan bela diri yaitu untuk meningkatkan keahlian menjadi atlet yang berprestasi,” paparnya.
Habib Ubaidillah menerangkan, “Cangkrukan Kamtibmas” seperti ini dapat dijadikan sarana untuk mempererat tali silaturahim, agar terjalin kerukunan antar umat beragama maupun perguruan silat.
“Setiap permasalahan terjadinya kerusuhan atau pertikaian antar perguruan, sebenarnya bukan disengaja, namun kurangnya komunikasi. Maka dari itu kami menawarkan untuk membentuk forum komunikasi agar tercipta keharmonisan masyarakat. Seperti FKUB di Kecamatan Kertosono, tokoh-tokoh agama dan umatnya bisa bersatu,” pungkas Habib Ubaidillah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H