Mohon tunggu...
Generus LDII
Generus LDII Mohon Tunggu... Lainnya - Blogger Pemula
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Saya adalah blogger pemula

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Hikmah di Balik Corona

6 Agustus 2020   13:55 Diperbarui: 6 Agustus 2020   13:59 134
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Adanya pandemi corona yang belum tahu kapan berakhirnya, kita berada di garis patahan, yaitu berada di titik transformasi dari era old normal menuju era new normal. Ini adalah titik penentuan, apakah kita mampu beradaptasi dalam kesulitan atau menyerah dan pasrah menerima keadaan.

Hampir semua profesi maupun bidang pekerjaan harus beradaptasi di masa pandemi ini. Bagi pelajar, mahasiswa, guru, dan dosen, beradaptasi dengan sistem belajar mengajar secara online. Menggunakan berbagai aplikasi seperti Zoom, Google Classroom, Google Meet, dan lain-lain. Meski dengan tergagap-gagap, tapi mau tidak mau harus bisa menguasai teknologi tersebut.

Awalnya memang terasa canggung, namun harus diakui bahwa dengan memanfaatkan teknologi tersebut, belajar mengajar bisa dilakukan dimana saja dan kapan saja. Dosen dan mahasiswa tidak harus bertemu secara langsung, masing-masing berdiam diri di rumah, namun transfer knowledge tetap bisa dilakukan. Hemat waktu, hemat biaya, dan tentu saja hemat infrastruktur.

Bagi para wirausaha kuliner maupun jual beli barang/jasa, juga tidak harus membuka toko atau pergi ke pasar membawa dagangan. Cukup dari rumah dengan aplikasi marketplace, sudah bisa memasarkan dagangannya secara online. Pembeli pun tidak perlu repot-repot pergi ke toko atau pasar. Cukup dari rumah, melalui smartphone sudah bisa memesan barang yang diinginkan.

Pembayaran juga tidak menggunakan uang secara fisik, tapi transfer melalui aplikasi internet banking. Mudah, hemat, dan cepat. Pasar tradisional pun mulai ditinggalkan. Mau tidak mau para pedagang harus belajar jualan online menggunakan teknologi digital. Hal ini pun dibuktikan pada bulan puasa tahun ini. Saat tidak ada pasar wadai (kue) seperti tahun-tahun sebelumnya, banyak orang-orang rumahan yang tetap berjualan wadai secara online, sistem delivery. Bahkan diantaranya juga memanfaatkan grup-grup whatsapp untuk menawarkan dagangannya.

Petani dan peternak juga tak luput dari dampak corona. Penjualan hasil panen menurun drastis.Bukan karena tidak diperlukan konsumen, tapi karena konsumen takut pergi ke pasar. Pasar sepi, penjualan otomatis menurun. Petani dan peternak juga harus memutar otak, agar bagaimana hasil panennya tetap sampai di tangan konsumen meski tidak melalui pasar. Lagi-lagi solusinya adalah memanfaatkan teknologi digital. Pasar online. Baik melalui media sosial (facebook, instagram, grup whatsapp) maupun melalui markeplace yang sudah ada.

Dengan demikian sebenarnya justru menguntungkan petani/peternak dan konsumen. Selama ini biasanya tengkulak membeli dari petani dengan harga serendah-rendahnya dan menjual kepada konsumen dengan harga setinggi-tingginya.Dengan tidak adanya tengkulak, maka petani dapat untung yang layak, konsumen pun dapat harga yang terjangkau.

Wabah corona juga telah memaksa semua orang berkumpul di rumah. Bersama keluarganya masing-masing. Selama ini sebagian besar kita disibukkan dengan pekerjaan. Bahkan tidak sedikit diantaranya yang pergi kerja saat anak-anak masih terlelap tidur, begitu pulang malam anak pun sudah tidur kembali. Sehingga sangat jarang bisa berkomunikasi dan berinteraksi dengan anak-anaknya.

Kini kita punya waktu selama berbulan-bulan tinggal bersama keluarga di rumah (stay at home). Maka ini kesempatan yang sangat baik untuk membangun kedekatan emosi dengan seluruh anggota keluarga. Saling bertukar cerita, berbagi pengalaman, dan memberikan nasihat-nasihat kebaikan. Sehingga hubungan dengan antar anggota keluarga pun jadi lebih intens lagi.

Stay at home dalam waktu lama memaksa istri atau suami untuk masak sendiri. Bagi yang selama ini terbiasa selalu makan di luar (warung makan atau restoran) akhirnyamau tidak mau harus belajar berbagai resep masakan. Dan ternyata dengan masak sendiri di rumah, jauh lebih hemat daripada makan di luar. Penghematan bisa mencapai 30-50%.

Agar tidak jenuh seharian berada di rumah setiap hari, bisa diisi dengan bersih-bersih halaman. Jika ada halaman yang kosong bisa dimanfaatkan untuk bertanam sayur-sayuran, atau beternak (misalnya ikan, kelinci, ayam,atau burung puyuh). Lumayan, hasilnya bisa dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan dapur sendiri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun