Maka setelah Corona berakhir, semoga kita mempunyai keahlian baru yaitu: menggunakan teknologi digital, memasak, bercocok tanam, beternak, maupun keahlian yang lainnya. Dengan memiliki keahlian baru, akan mengurangi ketergantungan pada orang lain. Kita bisa lebih mandiri, bahkan bisa membantu orang lain.
Misalnya petani yang menguasai teknologi digital, ia tidak hanya berprofesi sebagai petani tapi juga sekaligus pengusaha.Karena selain menghasilkan hasil panen juga dapat memasarkan langsung kepada konsumen menggunakan teknologi digital. Ia tidak lagi tergantung pada tengkulak yang sering memainkan harga sesuka hati.
Bagi yang ahli memasak, juga bisa memasarkan masakannya secara online. Ia bisa sekaligus menjadi pengusaha kuliner. Tidak tergantung pada orang lain untuk memasarkan hasil masakannya. Yang bisa masak minimal bisa mengurangi makan di luar sehingga dapat menghemat pengeluaran keluarga.
Termasuk juga yang bisa memanfaatkan halaman pekarangannya yang kosong untuk bercocok tanam atau beternak. Ia tidak lagi sepenuhnya tergantung pada penjual sayur keliling. Tapi ia sudah bisa menghasilkan sayur mayur dan lauk pauk secara mandiri. Kalau hasil panennya banyak justru malah bisa sekalian dijual secara online. Sehingga menjadi sumber penghasilan tambahan bagi keluarga.
Yang tidak kalah pentingnya, pasca Corona kita harus punya pola pikir baru. Hidup lebih hemat, mengutamakan fungsi, hilangkan gengsi. Gaya hidup sesuai dengan penghasilan, agar tidak besar pasak daripada tiang. Karena sekecil apapun uangnya akan cukup bila digunakan untuk hidup, tapi sebanyak apapun uangnya tak akan pernah cukup jika untuk memenuhi gaya hidup.
Harus cerdas mengelola keuangan keluarga. Cerdas secara finansial itu sangat penting, agar penghasilan yang diperoleh tidak habis begitu saja. Apalagi terjerat hutang, gali lubang tutup lubang.Dari penghasilan yang ada harus diusahakan bagaimana caranya agar mampu menciptakan sumber penghasilan baru.
Dengan mengoptimalkan kemampuan diri sendiri, menerapkan pola pikir baru yang lebih maju, akan mampu menopang ketahanan keluarga, terutama dari sisi ekonomi. Ketahanan ekonomi keluarga ini merupakan genset bagi ekonomi nasional. Kita masih ingat saat krisis tahun 1998, banyak perusahaan besar ambruk, ekonomi nasional porak poranda, tapi justru UMKM yang basisnya adalah ekonomi keluarga yang menjadi penyelamat krisis moneter saat itu.
Tanpa disadari, adanya pandemi Corona ini menyadarkan kita semua untuk lebih menata hidup dengan lebih baik. Jaga kebersihan, terapkan pola hidup sehat, makan makanan bergizi yang seimbang, jaga jarak, tidak bersentuhan dengan yang bukan mahrom, lebih dekat keluarga, bisa mengatur keuangan keluarga dengan lebih baik.
Kita dituntut untuk selalu belajar dan belajar seumur hidup (long life education). Memiliki jiwa pembelajar. Belajar mulai dari ayunan (anak-anak) sampai liang lahat (mati). Tanpa memiliki jiwa pembelajar, kita hanya akan memiliki masa lalu. Karena masa depan hanya akan diraih oleh orang-orang yang mau terus belajar sepanjang hayat.
Demikianlah, setiap kejadian yang ada di muka bumi ini, senantiasa terselip hikmah di baliknya. Semoga kita bisa menemukannya, dan menjadi manusia yang lebih baik lagi. (*)
Anton Kuswoyo, S.Si., M.T.
Ketua DPD LDII Kabupaten Tanah Laut, Kalsel.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H