Sebelumnya pada saat saya SD (kira2 tahun 1987) Bapak sy terpilih jadi Ketua RT di wilayah Jakarta Timur. Dan Alhamdulillah Bapak sy dianggap berhasil membawa RT-nya sukses. RT Bapak sy juara cerdas cermat tingkat RW (kebetulan sy jadi pesertanya he..he..), juara karnaval, karang taruna-nya hidup dan banyak kegiatan. Sampai 2 kali terpilih, dan yg pemilihan RT, Bapak sy ngumpet supaya nggak terpilih lagi jadi ketua RT. Akhirnya persembunyian Bapak sy berhasil, shg yg terpilih adalah orang lain..dan setelah itu langsung turun prestasinya.
Memang lingkungan RT sy bersebelahan dengan pasar tradisional. Dan sejak tahun 1992Â jalanan RT sy dipakai untuk orang berjualan. Dan banyak pungli2 mengatasnamakan RT meminta ke pedagang2. Akhirnya tahun 2005, tetangga dekat rumah sy dan kebetulan teman dekat Bapak sy terpilih menjadi ketua RT. Gebrakannya menghapuskan pungli2 kepada pedagang, dan diganti dengan retribusi kepada RT dan nantinya RT akan meneruskan ke RW dan Kelurahan. Dan Alhamdulillah RT kami mempunyai uang kas (uang kas sering disunat sama RT sebelumnya).
Tahun 2007 Ketua RT meninggal dunia, dan mewasiatkan agar yang menggantikannya harus Bapak sy. Waduh..warga RT kami udah nggak ada yg berani mengutak atik kepengurusan RT.
Sampai saat ini Bapak sy masih jadi ketua RT..sebenarnya Bapak sy mau melepas jabatannya itu, tapi setiap pemilihan ketua RT warga masih mempercayai Bapak sy (mungkin karena wasiat itu). Hebatnya RT yg dipimpin Bapak sy itu, uang kas-nya Rp.100 juta-an (hebat untuk ukuran RT di lingkungan yg bisa dikatakan kumuh), dan Bapak sy bisa menghidupkan kembali Koperasi simpan pinjam RT.
Sy pernah ngeledek Bapak sy, "gara2 wasiat ketua RT sebelumnya, Bapak jadi ketua RT abadi dong ! he..he.."
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H