Mohon tunggu...
Eko Wahyudi
Eko Wahyudi Mohon Tunggu... -

anak lereng gunung, kesehariannya "momong" anak-anak tetangga, yang ingin berbagi, belajar dan mencari pengalaman sebanyak-banyaknya

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Lagi. Tiga Gadis Kecil Menjadi Korban Dukun Cabul

21 Maret 2012   08:29 Diperbarui: 25 Juni 2015   07:40 1084
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Biadab…! Mungkin itu kata yang pantas untuk seorang kakek yang tega menodai tiga perempuan yang masih bocah. Sebut saja ia Mr“T”, bukan karena dia bertubuh atletis layaknya tokoh film “The A Team” itu loh, tapi karena memang namanya berinisial “T”. Mr. T adalah seorang yang biasa – biasa saja seperti layaknya penduduk desa pada umumnya. Ia berprofesi sebagai petani sama halnya dengan kebanyakan tetangganya. Ditengah – tengah kesibukannya sebagai seorang petani, konon ia memiliki pekerjaan sampingan sebagai “dukun” atau para normal. Walaupun tidak begitu terkenal namun memang adakalanya ia menerima “pasien” di rumahnya. Bahkan karena profesi sampingannya itu pula ia lebih dikenal dengan sebutan“mbah T”. Walaupun sebenarnya usianya belum begitu tua. Tidak ada yang tahu persis “jurusan” apa yang ia praktekkan dalam dunia perdukunan. Tentunya yang tahu adalah mereka – mereka yang pernah minta “pertolongan” nya. Para tetangganya pun tidak begitu mempermasalahkan dengan profesi Mr. T, begitu juga dengan tamu – tamu yang mengunjungi rumahnya. Para tetangga berpikir selama Mr.T tidak mengganggu ketenangan lingkungan biarkan saja. Namun “khusnudlon”nya tetangga kanan kirinya hancur sudah seiring dengan terkuaknya perbuatan bejat yang ia lakukan.

Pagi itu di sebuah desa di kaki sebuah gunung di Jawa Tengah, ketenangan warga desa yang sudah mulai untuk beraktifitas mendadak menjadi heboh dan gempar. Kegemparan itu disebabkan dari pengakuan polos seorang gadis, sebut saja “Mawar” yang berusia sekitar 11 tahun yang masih duduk di bangku sekolah dasar kelas VI. Pengakuan polos Mawar berawal dari ketidak hadiran di sekolahannya. Kebetulan hari itu adalah hari Senin (sekitar dua minggu yang lalu) dimana para siswa Sekolah Dasar di daerah saya harus mengikuti Try Out UASBN. Namun ketika Try Out sudah dimulai ternyata Mawar tidak kelihatan alias tidak masuk. Maka salah satu guru kelas enam mencoba mencari tahu penyebab ketidak hadiran Mawar tersebut. Kemudian berangkatlah bu guru itu menuju rumah Mawar yang tidak begitu jauh dari lokasi sekolah. Namun belum sampai di rumah Mawar, bu guru melihat Mawar berlari – lari menuju sebuah rumah tetangganya. Karuan saja bu guru mengikuti arah larinya Mawar. Sesampainya di rumah warga yang dituju Mawar, ternyata Mawar sedang merengek minta sejumlah uang yang akan digunakan untuk naik ojek ke kantor Polisi. Belum sempat uang diberikan, bu guru itupun sudah ada di belakang Mawar. Melihat bu gurunya ada di belakangnya, dengan gerak reflek Mawar berhambur ke pelukan gurunya sambil pecah tangisnya. Bu guru dan salah satu tetangga hanya keheranan melihat ulah Mawar. Karena mereka sama – sama belum tahu alasan Mawar minta uang untuk ke kantor Polisi, begitu juga dengan tangisan Mawar yang pecah dengan tiba – tiba. Setelah beberapa saat menangis, dan bu guru berhasil menenangkan Mawar, mulailah ia menceritakan sekelumit perjalanan hidupnya yang kurang beruntung.

Mawar adalah seorang gadis kecil dari keluarga kurang mampu. Ayahnya merantau ke kota. Sementara ibunya mengadukan peruntungan nasibnya ke negeri seberang sebagai seorang TKW. Praktis ia tinggal dengan kakeknya beserta kedua adiknya yang masih kecil – keci. Kakek Mawar juga bukan seorang yang berada. Untuk memenuhi kebutuhan dirinya dan ketiga cucunya ia bekerja sebagai buruh tani. Salah satu petani yang sering membutuhkan tenaganya adalah Mr.T, yang rumahnya di desa sebelahnya. Konon kakek Mawar tidak hanya diminta membantu pekerjaan di ladang, tapi juga sering diminta sebagai “asisten”oleh Mr.T ketika sedang berprofesi sebagai para normal. Berawal dari membantu Mr.T dalam menjalankan profesi dukunya inilah awal petaka yang dialami Mawar.

Salah satu kebiasaan Mr.T untuk menunjang kariernya dalam dunia perdukunan adalah melakukan ritual – ritual tertentu dengan bersemedi di sebuah makam tua di atas bukit. Entah bagaimana kronologinya, setiap menjalani prosesi ritual kakek Mawar diminta untuk mengajak Mawar. Dan apa yang terjadi, menurut pengakuan Mawar di atas bukit itulah dirinya menjadi korban kebejatan Mr.T. dan lebih ironisnya konon perbuatan bejat Mr.T dilakukan di depan kakek Mawar yang ternyata sudah tahu rencana sejak awal dan tidak menghalang – halangi perbuatan Mr.T. Bahkan kakek Mawar terkesan menyerahkan cucunya sebagai “tumbal” sebuah lelaku yang dilakukan Mr.T. yang lebih mencengangkan lagi, masih menurut pengakuan Mawar di kantor polisi, perbuatan bejat Mr.T sudah dilakukan sejak ia masih duduk di bangku kelas V, atau dengan kata lain sudah sekitar satu tahun  yang lalu. Yang lebih miris lagi ternyata korban kebejatan Mr.T tidak hanya dirinya, tapi juga adiknya yang masih duduk di kelas IV dan kelas II. Menurut ia, adiknya yang kelas IV sudah sekitar dua atau tiga kali di”kerjain” Mr.T, sementara adiknya yang masih kelas II baru sekali.

Begitu mendengar kasus yang menimpa cucunya terbongkar, kakek Mawar langsung menghilang entah kemana. Sementara Mr.T langsung diamankan pihak berwajib untuk dimintai keterangan berkaitan laporan Mawar. Sampai tulisan ini diturunkan proses hukum masih berlangsung di kantor kepolisian untuk memastikan kebenaran laporan Mawar tersebut. Terlepas benar tidaknya laporan Mawar, seandainya itu benar adanya, betapa menderitanya ketiga gadis yang tak berdosa itu. Saya tidak bisa membayangkan betapa remuk redamnya hati ibunya gadis – gadis kecil itu, seandainya tahu tentang nasib putri – putrinya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun