: Murtidjono disisasisa hening ini aku merapu sunyi juga bekas jejak yang engkau tanam ditanah merah mencaduk pesanpesan yang engkau kirim dalam kerlap malam jua aku bersungut memaknai semua yang kau perankan atas segenap kisah manusia engkau hidup terus mengalir menguliti jalan sunyi bahwa puisi bukan pula hal modular yang membuat kita hanya puas terkapar begitu saja berhenti pada titik langkah tidak juga engkau menjadi pandik itu yang kutangkap dari senyum senjamu di halaman, kosong oleh rerintik air hujan debudebu beterbangan beradu langkah dengan cengkiak betapa muram tanahtanah ini aku semakin tak mengerti kukira maukuf saat ini, betapa pula aku ceroboh mengartikan sampaian pesanpesan yang engkau tawarkan yang engkau pentaskan namun masih ada waktu buat berkelana akan kutautkan rindu dipenghujung malam menyegel pintupintu asing berukup tepat ditengah sunyi hitam tingkar pikiran dan kepala dengan berjuta huruf yang berderetderet disekeliling engkau hidup dikedalaman makna hingga hilang sudah sunyi menjadi embun maserasi fajar menggertak aorta dan matamata yang malas enggan beranjak memuncak tinggi di nirwana Jakal KM 14 Jogja, 27 Maret 2012 *) Ekohm Abiyasa ** Kupersembahkan untuk Mengenang seniman Murtidjono http://serampaikata.blogspot.com
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H