Mohon tunggu...
Eko Hartono
Eko Hartono Mohon Tunggu... Penulis - Penulis Freelance

Menulis cerpen, artikel, novel, naskah drama, dan skenario film. Pengalaman di dunia kepenulisan lebih dari 25 tahun.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Arti Syafaat

16 Desember 2021   19:51 Diperbarui: 16 Desember 2021   19:59 1304
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

            Kita kerap mendengar kata syafa'at yang artinya kurang lebih pertolongan. Syafaat ini berkaitan dengan hari pembalasan atau yaumul hisab nanti. Ketika kiamat datang dan seluruh alam semesta hancur, lalu semua umat manusia dibangkitkan kembali, mereka akan dikumpulkan di padang Mashyar guna menghadapi pengadilan dari Allah atas segala amal ibadah dan perbuatan mereka selama hidup di dunia.

            Pada saat inilah semua manusia berharap mendapatkan syafaat, karena rasa takut akan pembalasan yang didapat. Sebagaimana firman Allah: "Dan berilah peringatan dengan apa yang telah diwahyukan itu kepada orang-orang yang takut akan dikumpulkan kepada Rabb mereka (pada hari kiamat), sedang mereka tidaklah mempunyai seorang pelindung dan pemberi syafaatpun selain Allah, agar mereka bertakwa" (QS. Al an'am, 51 ). Ayat ini memberi penegasan bahwa hanya Allah SWT yang berhak memberikan syafaat.

            Dalam ayat lain Allah berfirman: "Katakanlah ( hai Muhammad ) : hanya milik Allah lah syafaat itu semuanya" (QS. Az zumar, 44). Kaum musyrikin pun berharap akan mendapatkan syafaat pada sesembahan mereka di hari pembalasan nanti, namun dengan tegas Allah berfirman: "Katakanlah : "serulah mereka yang kamu anggap (sebagai tuhan) selain Allah, mereka tak memiliki kekuasaan seberat dzarrah ( biji atom ) pun di langit maupun di bumi, dan mereka tidak mempunyai suatu andil apapun dalam (penciptaan) langit dan bumi, dan sama sekali tidak ada diantara mereka menjadi pembantu bagiNya. Dan tiadalah berguna syafaat di sisi Allah, kecuali bagi orang yang telah diizinkaNya memperoleh syafaat itu ..." ( QS. Saba', 22 ).

            Abul Abbas Ibnu Taimiyah (Syaikhul Islam, dan tokoh yang gigih sekali dalam gerakan dakwah Islamiyah. Dilahirkan di Harran, tahun 661 H (1263 M) dan meninggal di Damaskus tahun 728 H (1328)) mengatakan: "Allah telah menyangkal segala hal yang menjadi tumpuan kaum musyrikin, selain diriNya sendiri, dengan menyatakan bahwa tidak ada seorangpun selainNya yang memiliki kekuasaan, atau bagiannya, atau menjadi pembantu Allah." Sekali-kali tidak ada syafaat bagi kaum musyrikin, sebagaimana firman Allah: "Dan mereka tidak dapat memberi syafa'at, kecuali kepada orang yang diridlai Allah" ( QS. Al Anbiya', 28 ). 

Syafaat Bagi Umat Muslim 

            Sebagai umat muslim kita tentu berharap mendapatkan syafaat di hari pembalasan nanti. Karena setiap manusia tidak ada yang bisa menjamin, apakah diri mereka termasuk golongan yang akan dimasukkan ke dalam surga. Dalam setiap tausyiah, para ustaz selalu menganjurkan agar kita senantiasa berharap mendapatkan syafaat dari nabi junjungan kita, Muhammad saw. Namun harapan kita akan percuma bila kita tak pernah mau mengamalkan dan mengikuti ajaran yang disampaikan oleh Nabi Muhammad saw.

            Perlu diketahui oleh kita bahwa syafaat yang diberikan Rasulullah tak akan terjadi tanpa seijin Allah SWT. Firman Allah: "Tiada seorang pun yang dapat memberi syafaat di sisi Allah tanpa seizinNya" (QS. Al baqarah, 225 ). Dan diberitakan oleh Nabi saw : "bahwa beliau pada hari kiamat akan bersujud kepada Allah dan menghaturkan segala pepujian kepadaNya, beliau tidak langsung memberi syafaat lebih dahulu, setelah itu baru dikatakan kepada beliau: "Angkatlah kepalamu, katakanlah niscaya ucapanmu pasti akan didengar, dan mintalah niscaya permintaanmu akan dikabulkan, dan berilah syafa'at niscaya syafa'atmu akan diterima". ( HR. Bukhori dan Muslim )

            Abu Hurairah ra. bertanya kepada beliau : "siapakah orang yang paling beruntung mendapatkan syafa'atmu ?", Beliau menjawab : "yaitu orang yang mengucapkan la Ilaha Illallah dengan ihlas dari dalam hatinya". (HR. Bukhori dan Ahmad). Jadi syafa'at yang ditetapkan ini adalah syafaat untuk Ahlul Ikhlas Wattauhid (orang-orang yang mentauhidkan Allah dengan ikhlas karena Allah semata) dengan seizin Allah; bukan untuk orang yang menyekutukan Allah dengan yang lainNya. Dan pada hakikatnya, bahwa hanya Allahlah yang melimpahkan karuniaNya kepada orang-orang yang ikhlas tersebut, dengan memberikan ampunan kepada mereka, dengan sebab doanya orang yang telah diizinkan oleh Allah untuk memperoleh syafa'at, untuk memuliakan orang tersebut dan menempatkanya di tempat yang terpuji.

            Demikianlah, arti syafaat sebenarnya adalah pertolongan yang datang dari Allah, baik yang diberikan langsung atau melalui perantara yang diridhoi-Nya (khususnya Nabi Muhammad saw). Karena syafaat hakekatnya hak prerogratif Allah Azza Wajala, sebagaimana yang difirmankan Allah: "Dan berapa banyak malaikat di langit, syafaat mereka sedikitpun tidak berguna, kecuali sesudah Allah mengiizinkan ( untuk diberi syafaat) bagi siapa saja yang dikehendaki dan diridloiNya" (QS. An najm, 26 ).

            Jadi untuk mendapatkan syafaat dari Allah di yaumul hisab nanti, tetaplah teguh dan lurus mengikuti jalan Allah dan Rasul-Nya. Dan jangan sekali-kali berbuat syirik. Karena kemusyrikan, sekecil apa pun, akan menjauhkan kita dari rahmat dan syafaat Allah!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun